Senin, 10 Mei 2010

Mungkin...aku ngefans Pak Aloy!

Beberapa hari ini aku menyadari bahwa ada yang aneh dalam diriku. Tulisanku makin lama makin jelek. Aku tidak tahu kenapa, mungkin karena aku kepengen nulis cepat, sehingga tulisan yang dihasilkan menjadi jelek dan disingkat-singkat. Berbeda dengan yang dulu, meskipun agak sedikit lamban tapi tulisanku sangatlah rapi. Banyak orang yang mengatakan bahwa tulisanku enak dibaca dan rapi. Kurang lebih satu setengah tahun ini aku menulis dengan cara cepat dan hasilnya juga tidak serapi dulu lagi.
Aku jadi ingat kata Bapak Aloysius Soesilo. Salah satu klien beliau juga mengalami hal yang serupa denganku. Dulu tulisannya rapi sekali, seperti diberi garis bantu karena saking lurusnya. Namun setelah dia mengalami suatu masalah, tulisannya berubah menjadi kacau, naik turun, dan susah dibaca. Barusan aku juga sempat berbincang-bincang dengan temanku yang kebetulan memiliki teman yang juga mempunyai pengalaman seperti itu. Ketika tersandung masalah dan akhir-akhir ini ada gangguan (kebetulan dia mengalami gangguan halusinasi) tulisannya berubah menjadi jelek, padahal dulu tulisannya bagus dan rajin.
Lah, kalau sekarang ini aku punya gangguan apa dong? Aku nggak pengen punya gangguan. Aku tetap ingin menjadi orang normal. Mungkin kesibukanku yang membuatku menjadi seperti ini. Mungkin juga karena aku kurang bisa membagi waktu dan mengkondisikan pikiranku agar tetap positif dan stabil. Terkadang aku juga mengalami kesusahan berbicara, susah untuk merangkai kosakata, dan terkadang apa yang sudah terkonsep di dalam pikiranku tidak sesuai dengan apa yang aku ucapkan.
Aku pengen suatu saat aku bisa menyempatkan diri untuk berdiam diri, merefleksikan diri mengenai kejadian-kejadian apa saja yang pernah aku alami dan mencoba untuk mengendalikan emosiku, membersihkan pikiranku dari segala beban, pikiran negatif, kecemasan, kekhawatiran, ketakutan, dan sebagainya. Aku ingin menenangkan diri, dan mungkin aku harus benar-benar sendiri tanpa ada orang lain yang mengganggu.
Aku juga pengen menyempatkan diri untuk belajar dan membaca buku-buku yang menurutku bisa membantu untuk membuka wawasanku mengenai banyak hal. Namun sepertinya hal itu juga kurang efektif apabila tidak ada seseorang yang bisa aku ajak diskusi dan bertukar pikiran tentang apa yang aku pelajari.
Mungkin hal-hal tersebut di atas yang antara lain telah mempengaruhi perubahanku saat ini.

Jika dicermati lebih lanjut, daritadi aku selalu menggunakan kata ”mungkin” untuk membuat kesimpulan mengenai ceritaku ini. Aku jadi teringat lagi dengan Bapak Aloysius Soesilo, ia merupakan salah satu dosen Psikologi favoritku (ehm, maaf salah ketik...maksudku bukan salah satu dosen Psikologi favoritku, melainkan satu-satunya dosen Psikologi favoritku karena pada dasarnya aku memang menyukai metode dan cara beliau mengajar.)
Bapak itu mengatakan : ”Oh Maya, mengapa hati nuranimu sangat kecil? Mengapa kamu kurang percaya dengan dirimu sendiri?” Aku baru sadar bahwa aku telah mengucapkan kata ”mungkin” yang menegaskan bahwa aku memang kurang percaya diri. Saat itu aku memang merasa ragu dan takut salah ketika diminta untuk menjawab suatu pertanyaan. Untuk tetap berada di zona aman, aku menggunakan kata ”mungkin” di awal jawaban yang aku lontarkan. Sepertinya aku memang harus membuang jauh-jauh kata ”mungkin” itu.

Pak Aloy, begitulah panggilan akrab beliau. Pak Aloy telah mengajarkan banyak hal yang belum kita ketahui dan sadari sebelumnya. Beliau selalu berusaha untuk menyederhanakan sesuatu yang dianggap sulit untuk bisa dimengerti dan dipahami oleh para muridnya. Aku merasa benar-benar duduk di bangku kuliah sejak diampu oleh beliau. Sayangnya beliau hanya mengajar beberapa mata kuliah saja, coba kalau semua mata kuliah diampu oleh Pak Aloy? Wah pasti aku sangat bersemangat sekali dalam menempuh perkuliahan ini. Bapak itu selalu memberikan pencerahan dan motivasi untuk kami semua. Setiap pagi sebelum perkuliahan dimulai, beliau selalu meminta kami untuk membaca 2 kalimat yang tertulis di halaman khusus kami, yang berbunyi :

”Saya mau melakukan hal-hal yang besar, baik, dan benar bagi diri sendiri dan orang lain”


dan

”Saya mempunyai potensi yang lebih besar daripada yang saya ketahui saat ini dan saya mau mengembangkan potensi saya itu secara maksimal”.

Sungguh luar biasa sugesti yang telah beliau berikan kepada kami sebagai anak didiknya. Saking ngefansnya, aku menyempatkan diri untuk melukis wajah beliau di atas kertas putih dengan kemampuanku yang tidak seberapa itu. Aku mulai menggambarnya dengan penuh cinta dan rasa kekaguman yang tiada habisnya. Aku berharap ketika aku lulus nanti, aku bisa memberikan gambar itu kepada beliau sebagai kenang-kenangan dan sekaligus ungkapan bahwa aku adalah salah satu orang dari sekian banyak orang yang telah mengasihinya.



Nb : Tulisan ini tidak bermaksud untuk menyinggung dan menyampingkan kualitas dari dosen-dosen yang lainnya lho. Jadi apabila tulisan saya ini kurang berkenan, mohon dimaafkan.