Kamis, 10 November 2016

Sisterhood

Kami adalah sepasang kakak beradik yang saling menyayangi. Umur kami hanya terpaut 1 tahun 2 bulan, hal ini membuat kami merasa seperti teman yang kemana-mana selalu bersama. Orangtua kami sering membelikan kami baju, sepatu, dan asesoris yang sama. Banyak orang mengira kami ini anak kembar, padahal sebenarnya bukan. Walaupun rada mirip, kami mempunyai karakter dan kebiasaan yang berbeda.



Saya suka minum susu dan anti sayur, kakak justru suka sayur dan anti minum susu
Saya suka masakan yang bersantan, kakak suka yang berkuah bening
Saya suka majalah bobo, kakak suka tabloid fantasi
Saya suka baca buku goosebumps & komedi, kakak suka baca buku tentang puisi & cinta
Saya suka Mark Feehily, kakak suka Brian McFadden
Saya suka Vic Zhou, kakak suka Jerry Yan
Saya suka film Bollywood, kakak suka film drama
Saya jarang pake parfum, kakak selalu pake parfum
Saya jarang ke salon, kakak sering ke salon
Saya lebih suka bermain alat musik, kakak lebih suka menyanyi
Saya adik yang pecicilan & hiperaktif, kakak justru sebaliknya
Saya adik yang manja, kakak justru suka memanjakan
Saya pernah betah banget jomblo, kakak justru nggak pernah jomblo. Hohoho 













Terima kasih mbak Ai, udah sabar membimbing aku dan menjadi kakak yang baik. Semoga kita tetap rukun sampai tua yah! emmuachhh. :*

Minggu, 22 Mei 2016

My Dream's (part 6)


Seiring berjalannya waktu, idealisme yang pernah singgah di kepala terkadang cenderung berubah-ubah. Begitu juga dengan mimpi-mimpi yang ingin dicapai. Anyway, di tahun ini saya lebih menitik beratkan untuk mengejar mimpi saya dalam hal merawat diri sambil menambah ilmu. Berikut daftar mimpi saya beserta alasannya :

1. Mengikuti Kelas Kebugaran
Kebetulan dalam bulan ini saya akan join menjadi membership di sebuah fitness center internasional yang mewajibkan anggotanya untuk mengadakan perjanjian kontrak selama 1 tahun. Saya ingin benar-benar serius dalam menjalani aktivitas ini, karena "sehat itu mahal". Saya ingin menggunakan waktu luang saya untuk investasi kesehatan. Hal ini juga didukung dengan pola makan yang sehat, pola pikiran yang positif, dan istirahat teratur.

2. Mengikuti Kelas Kecantikan 
Berikutnya, saya juga ingin mengasah kemampuan saya dalam hal seni. Saya melihat bahwa diri saya memiliki kemampuan dalam hal menggambar dan memadukan warna. Namun kali ini bukan menggambar di atas kertas, melainkan di wajah seseorang atau diri sendiri. Menurut saya, seorang wanita harus memiliki skill dalam mempercantik diri. Karena ketika kita terlihat cantik, kita akan merasa lebih percaya diri dalam beraktivitas, bersosialisasi, dan membawa diri. Itu artinya, kita mampu mensyukuri nikmat yang sudah Tuhan berikan dan mampu merawatnya dengan baik. Untuk mendukung hal ini, saya sudah mendaftarkan diri di sebuah sekolah make up ternama di Jakarta dengan biaya yang cukup expensive. Sekolah ini setara dengan Diploma 3.
Mengapa saya rela mengeluarkan kocek cukup banyak untuk sekolah make up?
- Bidang ini termasuk passion saya, dan saya enjoy melakukannya.
- Saya berpikir bahwa skill ini bisa saya kembangkan menjadi sebuah bisnis usaha untuk jangka panjang.
- Sekolah ini bisa menjadi wadah dalam mengembangkan diri, mengasah kreativitas, dan membentuk komunitas.
- Menjadi Make-up Artist Profesional adalah salah satu impian saya.

3. Mengikuti Kelas Tari Tradisional 
Entah mengapa saya suka sekali dengan segala sesuatu yang berkaitan dengan kebudayaan di Indonesia. Saya ingin mengenalnya lebih dalam dan mempelajarinya. Suatu hari nanti saya ingin mendaftarkan diri di salah satu kelas tari yang terdapat di Taman Mini Indonesia Indah, Taman Ismail Marzuki, dan Museum STOVIA (keterangan ini saya dapatkan dari teman dan internet). Saya ingin fokus mempelajari tarian Jawa dan Bali.

4. Mengikuti Kelas Menulis  
Jujur, saya termasuk fans beratnya Raditya Dika (penulis). Oleh sebab itu saya ingin mengikuti jejaknya menjadi seorang penulis yang produktif. Biasanya sebelum menulis sebuah buku, seseorang akan banyak membaca buku dari berbagai sumber. Dengan membaca, ia bisa mendapatkan banyak ilmu dan wawasan. Sedangkan dengan menulis, ia bisa mencurahkan isi hatinya, menceritakan segala kegelisahannya, dan membiasakan diri untuk berpikir. Menurut saya, ada kenikmatan tersendiri ketika saya berhasil menyelesaikan sebuah tulisan yang bermanfaat. Untuk menunjang kegiatan ini, saya berencana mengikuti kelas menulis yang diselenggarakan di daerah Jakarta dan sekitarnya.

Bagi kalian yang masih lajang dan belum menikah, yuk gunakan waktumu dengan baik untuk merealisasikan mimpi yang tertunda. Mumpung belum ngurusin suami / anak, mikirin biaya cicilan rumah, dan waktunya masih cenderung longgar untuk 'me time'. Sebisa mungkin, bahagiakan diri sendiri terlebih dahulu sebelum kamu membahagiakan orang lain.  Okey! see ya...

Rabu, 18 Mei 2016

Saya Harus Bicara Ini

Pendidikan merupakan salah satu faktor penting yang berperan dalam mengubah taraf hidup manusia. Apabila potensi hanya setengah-setengah dan tidak tahu tujuannya, hasil yang diperoleh juga akan menurun dan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. 

Dan pada akhirnya, mereka yang kurang beruntung dalam bidang akademis, akan menggunakan skill / passion yang dimilikinya untuk menyambung hidupnya. Untuk itu, sedini mungkin anak-anak harus sadar betul mengenai gambaran tentang masa depan. Problematika yang mungkin akan dihadapi, persaingan ketat yang terjadi disana sini. 

Walaupun berasal dari keluarga yang berada, setiap anak harus mampu keluar dari zona nyaman, supaya ketika "ada apa-apa", dirinya sudah terlatih untuk mandiri, bertanggung jawab, dan mampu menemukan solusi dalam setiap permasalahan hidupnya. 

Apapun yang terjadi, harus dihadapi. Bukan dihindari.

*Bagi para orangtua yang menyayangi anaknya, arahkanlah mereka sesuai dengan kemampuannya. Bukan semata-mata untuk mengejar ambisi dan prestise, namun untuk kebaikan mereka di masa yang akan datang. 

By:
Galuh Maya Stephani, S.Psi
Guru Bimbingan Konseling 



Kamis, 28 April 2016

Berkunjung ke Pemerahan Susu Sapi "Tepo Seliro"


Di hari yang cerah, saya bersama sepupu dan beberapa temannya, berkunjung ke sebuah tempat pemerahan susu sapi bernama “Tepo Seliro” di daerah Banyurip, Purworejo. Tujuan kami kesana adalah untuk meliput beberapa kegiatan & mewawancarai si pemilik tempat pemerahan susu sapi tersebut. Disamping itu kami juga belajar dan praktek langsung tentang bagaimana memerah susu sapi dengan cara yang benar. 

Tepo Seliro berdiri sejak tahun 1951. Hingga saat ini, Tepo Seliro dikelola dengan baik oleh bapak Ir. Paulus Bambang Santoso. Menurut keterangan beliau, jumlah sapi yang ada disana ada 28 ekor, sedangkan jumlah karyawannya ada 6 orang.

Pemberian Pakan
Dalam proses pemeliharaannya, proses awal yang dilakukan adalah memandikan sapi-sapi, kemudian pembersihan kandang. Setelah itu dilanjutkan proses pemberian pakan (komboran). Bahan yang perlu disiapkan untuk membuat komboran antara lain sebagai berikut :
1. ampas tahu
2. katul
3. gandum
4. ampas kecap
5. garam
6. air
Semua bahan di atas dicampur jadi satu, diaduk hingga merata. setiap 1 sapi mendapatkan jatah 1 ember makanan.

ember berisi ampas kecap

alat penghancur ketela
bahan makanan dicampur menjadi satu
"Yummy... Enak!"

Proses Pemerahan 
Setelah sapinya kenyang, proses berikutnya yaitu memerah susu sapi. Sapi akan menghasilkan banyak susu ketika kondisi disekitarnya dapat membuat mereka tenang dan nyaman. Setelah itu kandang akan dibersihkan kembali oleh para karyawan.


pemerahan susu sapi dimulai

belajar memerah sapi
Supaya mempermudah proses pemerahannya, bagian puting susu pada sapi biasanya dioleskan sedikit margarin. Biasanya, para karyawan akan mengikat ekor sapi supaya tidak mengganggu ketika proses pemerahan berlangsung.

Proses Pengemasan  
Susu sapi yang sudah disterilkan, kemudian dikemas ke dalam plastik ukuran tertentu dan dipress menggunakan mesin supaya mutunya tetap terjamin. Untuk rasa susunya, ada berbagai varian antara lain  anggur, coklat, strawberry, melon, dan original.

alat penakar susu sapi
packagingnya keren!
 susu sapi berbagai varian rasa 

Berpose Bersama Sapi
Di akhir pertemuan, saatnya foto bersama sapi-sapi yang unyu dan menggemaskan! ^_^





Moooooo......!!

Rabu, 27 April 2016

Biarlah Seni yang Berbicara #part 7

sedih

bangga

menyesal

semangat

marah

kesepian

iri

takut


Minggu, 20 Maret 2016

Bintitanus Timbilengitis




.

Yap, pada akhirnya gue dianugerahi penyakit Bintitanus Timbilengitis. Penyakit elit yang hanya menyerang orang-orang keren saja. 

Btw, ini bukan penyakit di anus. 

Secara medis, bintitan (timbilen) adalah kondisi ketika bintil menyakitkan yang berbentuk seperti jerawat atau bisul tumbuh di tepi kelopak mata. Sebagian besar bintitan hanya muncul pada salah satu mata. Kondisi ini umumnya tidak berdampak buruk pada kemampuan penglihatan pengidap. 

Nama Bintitanus Timbilengitis sengaja gue ciptakan supaya lebih enak didengar dan nggak malu-maluin amat kalo lagi ditanya orang.

Sebenarnya gue udah langganan penyakit ini sejak kelas 4 SD. Bisa dibilang setiap jenjang pendidikan, mata gue selalu bintitan. Kelas 4 SD – kelas 2 SMP – kelas 1 SMA – kuliah semester 5 – kerja. Nggak tahu kenapa, mungkin gue terlalu keren pada jamannya. 

Gue pernah ngrasain meja operasi sebanyak 3x. Operasi pertama di RS dr. YAP, Yogyakarta. Yang kedua di RS Islam Aisyah, Purworejo. Dan operasi ketiga di RSCM Kirana, Jakarta.
Keren! Berasa tour konser aja nih, udah 3 kota gue jabanin buat ngilangin ‘kutil’ sialan ini.

Gue sering merenung, kenapa sih Tuhan kasih gue penyakit ini?
Penyakit yang nggak seberapa tapi nista banget bagi gue.
Positifnya, penyakit ini bisa berperan sebagai ‘rem’ atau kontrol gue supaya nggak liar-liar amat dalam menjalani arus kehidupan yang penuh dengan godaan.
Negatifnya, gue jadi krisis percaya diri, yang dikit lagi hampir anti sosial. Gimana enggak, tiap hari dibully temen-temen karena mata gue semakin membengkak. Gue nggak berdaya, gue lemah.

Ternyata kebenaran sudah mulai terungkap. Mereka memang kejam.
BAKAR SAJA MEREKA! BAKAR!
Atau kalau perlu,
RACUN SAJA MEREKA! RACUN! LALU BAKAR SAJA MEREKA! BAKAR!
Begitu seterusnya sampai Haji Lulung jadi gubernur Jakarta.

Enggaklah, gue nggak separah itu.

Gue justru mendoakan mereka setiap malam-setiap saat.
Mendoakan, supaya mereka kena bintitan juga.

Okey, itu adalah kisah gue sebelum gue kenal lagunya Sheila On 7 – Lapang Dada.
Ehm, emang ada hubungannya?
Jadi lagu Sheila On 7 mengajarkan gue untuk bisa bersikap lapang dada dalam menghadapi cobaan dan segala hal yang terjadi di muka bumi ini.

“Kau harus bisa bisa berlapang dada.. kau harus bisa bisa ambil hikmahnya”

Waktu kemarin gue antre di ruang operasi, gue sempat ngobrol dengan beberapa pasien disana. Ada pasien yang matanya harus diganti dengan bola mata palsu. Ada pasien yang matanya katarak dan dirinya harus terus menjaga kondisinya karena baru saja menjalankan operasi jantung. Ada juga anak ABG yang mau buka jahitan operasi karena matanya bermasalah. Mendengar hal itu, gue merasa malu. Gue merasa cemen, karena selama ini gue kurang bersyukur. Tuhan masih baik banget kasih gue penyakit yang remeh ini. Bukan penyakit yang aneh-aneh. 

Pada akhirnya dengan percaya diri dan berserah, gue menjalani operasi di ruang tindakan. Gue menikmati setiap detiknya dimana sang dokter menyuntikan obat bius lokal sebanyak 2 kali di kelopak mata gue. Beberapa detik kemudian kelopak mata jadi mati rasa dan dokter segera mengeksekusinya.

Dalam hati, gue mengucapkan ‘say goodbye’ kepada si bintit yang udah pernah singgah di mata gue. Dia itu ibarat mantan. Bikin sakit tapi keberadaannya bikin kita jadi lebih dewasa. *Eaaaa #BAPER  

Selesai operasi, gue ditanya ama suster :

“Mbak, tadi berangkatnya sendirian?  Kok nggak ada yang jemput?”
Gue jawab dengan legawa :
"Iya suster, saya berangkat sendirian. Nanti gampang, pulangnya naik taksi aja". 
Yap..  Sebagai jomblo mandiri, gue sadar betul apa-apa harus bisa sendiri.
Berangkat ke Rumah Sakit sendiri.
Bayar dokter pake uang sendiri.
Nyari ruang operasi sendiri.
Sampai pulang pun sendiri.
Tapi gue yakin, gue nggak sendirian.
Karena Tuhan selalu mendampingi gue buat nyelesain perkara ini. *Ciyeh, mendadak religious. 

And then, Terima kasih buat saudara, teman, dan murid-murid yang sudah menjenguk, bawain bubur babi, nyuapin, membantu, dan kasih semangat ketika gue seharian berasa jadi “Helen Keller”.

Terima kasih juga buat kalian yang sudah menyisihkan seper sekian persen dari waktu hidupnya untuk membaca tulisan ini. 
Terima kasih buat doanya! Gue sekarang udah sembuh dan udah cantik lagi! :*
  
Pesan Moral : “Bintitan bukan akhir dari kehidupan”
Pesan Dokter : “Mata kamu bintitan? Segera obati dengan salep Xitrol!” Jika sakit berlanjut hubungi dokter.