Senin, 21 Maret 2016
Minggu, 20 Maret 2016
Bintitanus Timbilengitis
.
Sebenarnya gue udah langganan penyakit ini sejak kelas 4 SD. Bisa dibilang setiap jenjang pendidikan, mata gue selalu bintitan. Kelas 4 SD – kelas 2 SMP – kelas 1 SMA – kuliah semester 5 – kerja. Nggak tahu kenapa, mungkin gue terlalu keren pada jamannya.
Ternyata kebenaran sudah mulai terungkap. Mereka memang kejam.
BAKAR SAJA MEREKA! BAKAR!
Okey, itu adalah kisah gue sebelum gue kenal lagunya Sheila On 7 – Lapang Dada.
Yap, pada akhirnya gue dianugerahi penyakit
Bintitanus Timbilengitis. Penyakit elit yang hanya menyerang orang-orang keren
saja.
Btw, ini bukan penyakit di anus.
Secara medis, bintitan (timbilen) adalah
kondisi ketika bintil menyakitkan yang berbentuk seperti jerawat atau bisul
tumbuh di tepi kelopak mata. Sebagian besar bintitan hanya muncul pada salah
satu mata. Kondisi ini umumnya tidak berdampak buruk pada kemampuan penglihatan
pengidap.
Nama Bintitanus Timbilengitis sengaja gue
ciptakan supaya lebih enak didengar dan nggak malu-maluin amat kalo lagi
ditanya orang.
Sebenarnya gue udah langganan penyakit ini sejak kelas 4 SD. Bisa dibilang setiap jenjang pendidikan, mata gue selalu bintitan. Kelas 4 SD – kelas 2 SMP – kelas 1 SMA – kuliah semester 5 – kerja. Nggak tahu kenapa, mungkin gue terlalu keren pada jamannya.
Gue pernah ngrasain meja operasi sebanyak 3x.
Operasi pertama di RS dr. YAP, Yogyakarta. Yang kedua di RS Islam Aisyah,
Purworejo. Dan operasi ketiga di RSCM Kirana, Jakarta.
Keren! Berasa tour konser aja nih, udah 3 kota
gue jabanin buat ngilangin ‘kutil’ sialan ini.
Gue sering merenung, kenapa sih Tuhan kasih
gue penyakit ini?
Penyakit yang nggak seberapa tapi nista banget
bagi gue.
Positifnya, penyakit ini bisa berperan sebagai
‘rem’ atau kontrol gue supaya nggak liar-liar amat dalam menjalani arus
kehidupan yang penuh dengan godaan.
Negatifnya, gue jadi krisis percaya diri, yang
dikit lagi hampir anti sosial. Gimana enggak, tiap hari dibully temen-temen
karena mata gue semakin membengkak. Gue nggak berdaya, gue lemah.
Ternyata kebenaran sudah mulai terungkap. Mereka memang kejam.
BAKAR SAJA MEREKA! BAKAR!
Atau kalau perlu,
RACUN SAJA MEREKA! RACUN! LALU BAKAR SAJA MEREKA! BAKAR!
Begitu seterusnya sampai Haji Lulung jadi gubernur Jakarta.
RACUN SAJA MEREKA! RACUN! LALU BAKAR SAJA MEREKA! BAKAR!
Begitu seterusnya sampai Haji Lulung jadi gubernur Jakarta.
Enggaklah, gue nggak separah itu.
Gue justru mendoakan mereka setiap
malam-setiap saat.
Mendoakan, supaya mereka kena bintitan juga.
Okey, itu adalah kisah gue sebelum gue kenal lagunya Sheila On 7 – Lapang Dada.
Ehm, emang ada hubungannya?
Jadi lagu Sheila On 7 mengajarkan gue untuk
bisa bersikap lapang dada dalam menghadapi cobaan dan segala hal yang terjadi
di muka bumi ini.
“Kau harus bisa bisa berlapang dada.. kau
harus bisa bisa ambil hikmahnya”
Waktu kemarin gue antre di ruang operasi, gue
sempat ngobrol dengan beberapa pasien disana. Ada pasien yang matanya harus
diganti dengan bola mata palsu. Ada pasien yang matanya katarak dan dirinya
harus terus menjaga kondisinya karena baru saja menjalankan operasi jantung.
Ada juga anak ABG yang mau buka jahitan operasi karena matanya bermasalah.
Mendengar hal itu, gue merasa malu. Gue merasa cemen, karena selama ini gue
kurang bersyukur. Tuhan masih baik banget kasih gue penyakit yang remeh ini.
Bukan penyakit yang aneh-aneh.
Pada akhirnya dengan percaya diri dan
berserah, gue menjalani operasi di ruang tindakan. Gue menikmati setiap
detiknya dimana sang dokter menyuntikan obat bius lokal sebanyak 2 kali di
kelopak mata gue. Beberapa detik kemudian kelopak mata jadi mati rasa dan
dokter segera mengeksekusinya.
Dalam hati, gue mengucapkan ‘say goodbye’
kepada si bintit yang udah pernah singgah di mata gue. Dia itu ibarat mantan.
Bikin sakit tapi keberadaannya bikin kita jadi lebih dewasa. *Eaaaa #BAPER
Selesai operasi, gue ditanya ama suster :
“Mbak,
tadi berangkatnya sendirian? Kok nggak ada yang jemput?”
Gue jawab dengan legawa :
"Iya suster, saya berangkat sendirian. Nanti gampang, pulangnya naik taksi aja".
Gue jawab dengan legawa :
"Iya suster, saya berangkat sendirian. Nanti gampang, pulangnya naik taksi aja".
Yap.. Sebagai jomblo mandiri, gue sadar
betul apa-apa harus bisa sendiri.
Berangkat ke Rumah Sakit sendiri.
Bayar dokter pake uang sendiri.
Nyari ruang operasi sendiri.
Sampai pulang pun sendiri.
Tapi gue yakin, gue nggak sendirian.
Karena Tuhan selalu mendampingi gue buat
nyelesain perkara ini. *Ciyeh, mendadak religious.
And then, Terima kasih buat saudara, teman,
dan murid-murid yang sudah menjenguk, bawain bubur babi, nyuapin, membantu, dan
kasih semangat ketika gue seharian berasa jadi “Helen Keller”.
Terima kasih juga buat kalian yang sudah
menyisihkan seper sekian persen dari waktu hidupnya untuk membaca tulisan ini.
Terima kasih buat doanya! Gue sekarang udah sembuh dan udah cantik lagi! :*
Terima kasih buat doanya! Gue sekarang udah sembuh dan udah cantik lagi! :*
Pesan Moral : “Bintitan bukan akhir dari
kehidupan”
Pesan Dokter : “Mata kamu bintitan? Segera
obati dengan salep Xitrol!” Jika sakit berlanjut hubungi dokter.
Langganan:
Postingan (Atom)