“SELAMAT, anda lolos untuk mengikuti tahap audisi di Kota JOGJA dengan No Registrasi : 11307”.
Begitulah kalimat pembuka yang dikirim
langsung oleh panitia Hell’s Kitchen ke email saya. Kebetulan beberapa
hari sebelumnya saya mencoba mendaftarkan diri untuk mengikuti audisi acara
tersebut di Yogyakarta. Ada beberapa hal yang harus dilengkapi, mulai dari biodata,
pekerjaan, kepribadian, prestasi, pengalaman kerja, masakan favorit, tokoh yang menginspirasi, dll.
![]() |
undangan dan persyaratan yang harus dibawa |
![]() |
tempat registrasi peserta |
![]() |
5 menit untuk tahap "preparation" |
para buronan chef Juna |
![]() |
ayam bumbu bali & nasi gurih ala Maya |
Masakan yang saya sajikan adalah
Ayam Bumbu Bali & Nasi Gurih. Sebelumnya panitia menghimbau melalui email dan telepon supaya para
peserta sudah menyiapkan masakan dari rumah, dan di tempat audisi peserta hanya
melakukan plating saja. Ada kompor gas dan microwave sebagai alat pemanas
masakan yang sudah disediakan oleh panitia.
Peserta dipanggil sekaligus 3 orang.
Mereka diminta untuk mempersiapkan masakannya di meja Preparation. Setelah
selesai, satu per satu diminta untuk berpose di depan banner Hell’s Kitchen
Indonesia SCTV sambil membawa kertas agak tebal bertuliskan nama masing-masing,
kemudian ada fotografer yang sudah siap mengambil gambar. Setelah itu peserta
diantar ke ruang meeting, dimana di dalam ruang tersebut sudah ada cameraman
dan 2 chef juri yang akan mencicipi, mengomentari, dan menilai presentasi dari
masakan tiap-tiap peserta.
Beberapa pertanyaan yang chef juri
lontarkan kepada saya :
Anda tahu, dapur professional itu
seperti apa?
Anda tahu, pemilik Hell’s Kitchen
itu siapa?
Jika akan membuka bisnis kuliner,
jenis makanan apa yang ingin anda jual?
Masakan apa saja yang anda kuasai?
Anda suka pedas atau tidak?
Anda termasuk orang yang rame atau
pendiam?
Anda berapa bersaudara?
OMG Hellow…, deg-degan banget cyin…
syukurlah saat itu saya bisa menjawab. Iya, menjawab sekenanya. Hahaha.
Kemudian kedua chef juri di depan
saya mengambil garpu untuk mencicipi masakan saya.
Chef 1 : *mengambil ayam bumbu Bali beserta bumbunya lalu memasukkannya ke dalam mulut, beberapa detik kemudian
kepalanya manggut-manggut*
Chef 2 : “Gimana, AMAN?”
Chef 1 : “AMAN!”
Chef 2 : ”Ini Ayam Bumbu Bali
beneran atau Ayam Bumbu Bali-Balian? *sambil mengangkat daging ayamnya dengan
garpu kemudian memasukkannya ke dalam mulut*
Dengan wajah malu-malu saya menjawab
: “Saya mencoba membuatnya supaya sama dengan Ayam Bumbu Bali aslinya”
Chef 2 : “Okelah kalo begitu”.
And then, panitia mengarahkan saya untuk
melangkah menuju pintu keluar. Selesai sudah acara audisi pada siang itu.
Rasanya lega banget. Bagi yang lolos ke tahap selanjutnya akan dihubungi oleh
panitia. Jika dilihat dari skala 1 sampai 10, saya menilai hasil masakan saya
sendiri dengan nilai 8. Untuk rasa udah pas, namun mungkin bagi lidah orang
lain, masakan saya ini kurang pedas. Sedangkan untuk tampilannya, saya rasa
cukup memuaskan, walaupun masih banyak hasil masakan peserta lain yang
platingannya keren-keren. Iyalah, secara saingan saya ada beberapa chef hotel
yang sudah berpengalaman di bidangnya.
Dari pengalaman ini, saya semakin
bergairah untuk belajar lebih keras lagi dan lebih baik lagi dalam
bereksperimen di dapur. Nggak cuma mempelajari Indonesian Food saja, namun ingin segera belajar masakan Western Food, Korean Food, Italian Food, dll.
Terima Kasih
Hell’s Kitchen Indonesia!
Lakukan dengan semangat dek...Gambatte ! :D
BalasHapus