Minggu, 22 Juni 2014

Pengalaman Mengikuti Audisi Hell's Kitchen Indonesia


“SELAMAT, anda lolos untuk mengikuti tahap audisi di Kota JOGJA dengan No Registrasi : 11307”.  

Begitulah kalimat pembuka yang dikirim langsung oleh panitia Hell’s Kitchen ke email saya. Kebetulan beberapa hari sebelumnya saya mencoba mendaftarkan diri untuk mengikuti audisi acara tersebut di Yogyakarta. Ada beberapa hal yang harus dilengkapi, mulai dari biodata, pekerjaan, kepribadian, prestasi, pengalaman kerja, masakan favorit, tokoh yang menginspirasi, dll. 

undangan dan persyaratan yang harus dibawa
Akhirnya saya mengikuti audisi Hell’s Kitchen Indonesia di Jogyakarta Plaza hotel. Acaranya digelar di sebuah taman yang diberi nama Langgeng Suko, tempatnya berada di samping hotel tersebut. Di sana saya bertemu dengan beberapa panitia yang bajunya didominasi oleh warna hitam dan merah. Ada juga beberapa chef yang ikut andil disana. Ada chef bulenya juga. Kata salah satu peserta yang duduk di sebelah saya : “Wah, jurine wong londo! Engko nek ditakon-takoni, aku meh jawab nggo basa Jepang. Hahaha”. saya hanya bisa menahan tawa mendengar dirinya berbisik seperti itu. Para peserta kemudian diminta menunggu sebentar sembari para panitia menyiapkan peralatan dan keperluan lainya. Setelah itu, panitia mempersilahkan para peserta untuk melakukan registrasi ulang. Setelah itu peserta dikumpulkan menjadi satu di sebuah tenda yang ukurannya lumayan luas. Disitu sudah tersedia tempat duduk dan peserta diminta duduk secara berurutan sesuai nomor registrasinya. Tak lupa panitia mempersilahkan para peserta untuk menggunakan stiker nomor, di tempelkan di bagian dada. Lalu panitia memberikan pengarahan singkat yang berkaitan dengan jalannya acara audisi tersebut. Urutan acaranya adalah : Preparation – Photo Booth – Tasting Food (oleh 2 chef juri).

tempat registrasi peserta


5 menit untuk tahap "preparation"


para buronan chef Juna

ayam bumbu bali & nasi gurih ala Maya

Masakan yang saya sajikan adalah Ayam Bumbu Bali & Nasi Gurih. Sebelumnya panitia menghimbau melalui email dan telepon supaya para peserta sudah menyiapkan masakan dari rumah, dan di tempat audisi peserta hanya melakukan plating saja. Ada kompor gas dan microwave sebagai alat pemanas masakan yang sudah disediakan oleh panitia.

Peserta dipanggil sekaligus 3 orang. Mereka diminta untuk mempersiapkan masakannya di meja Preparation. Setelah selesai, satu per satu diminta untuk berpose di depan banner Hell’s Kitchen Indonesia SCTV sambil membawa kertas agak tebal bertuliskan nama masing-masing, kemudian ada fotografer yang sudah siap mengambil gambar. Setelah itu peserta diantar ke ruang meeting, dimana di dalam ruang tersebut sudah ada cameraman dan 2 chef juri yang akan mencicipi, mengomentari, dan menilai presentasi dari masakan tiap-tiap peserta. 


Beberapa pertanyaan yang chef juri lontarkan kepada saya :

Anda tahu, dapur professional itu seperti apa?

Anda tahu, pemilik Hell’s Kitchen itu siapa?

Jika akan membuka bisnis kuliner, jenis makanan apa yang ingin anda jual?

Masakan apa saja yang anda kuasai?

Anda suka pedas atau tidak?

Anda termasuk orang yang rame atau pendiam?

Anda berapa bersaudara?

OMG Hellow…, deg-degan banget cyin… syukurlah saat itu saya bisa menjawab. Iya, menjawab sekenanya. Hahaha.

Kemudian kedua chef juri di depan saya mengambil garpu untuk mencicipi masakan saya.

Chef 1 : *mengambil ayam bumbu Bali beserta bumbunya lalu memasukkannya ke dalam mulut, beberapa detik kemudian kepalanya manggut-manggut*

Chef 2 : “Gimana, AMAN?”

Chef 1 : “AMAN!”

Chef 2 : ”Ini Ayam Bumbu Bali beneran atau Ayam Bumbu Bali-Balian? *sambil mengangkat daging ayamnya dengan garpu kemudian memasukkannya ke dalam mulut*

Dengan wajah malu-malu saya menjawab : “Saya mencoba membuatnya supaya sama dengan Ayam Bumbu Bali aslinya”  

Chef 2 : “Okelah kalo begitu”.


And then, panitia mengarahkan saya untuk melangkah menuju pintu keluar. Selesai sudah acara audisi pada siang itu. Rasanya lega banget. Bagi yang lolos ke tahap selanjutnya akan dihubungi oleh panitia. Jika dilihat dari skala 1 sampai 10, saya menilai hasil masakan saya sendiri dengan nilai 8. Untuk rasa udah pas, namun mungkin bagi lidah orang lain, masakan saya ini kurang pedas. Sedangkan untuk tampilannya, saya rasa cukup memuaskan, walaupun masih banyak hasil masakan peserta lain yang platingannya keren-keren. Iyalah, secara saingan saya ada beberapa chef hotel yang sudah berpengalaman di bidangnya.

Dari pengalaman ini, saya semakin bergairah untuk belajar lebih keras lagi dan lebih baik lagi dalam bereksperimen di dapur. Nggak cuma mempelajari Indonesian Food saja, namun ingin segera belajar masakan Western Food, Korean Food, Italian Food, dll.
Terima Kasih Hell’s Kitchen Indonesia!



1 komentar: