Senin, 08 Oktober 2018

Bijak Mengambil Keputusan

Aku teringat akan buku bacaan goosebumps yang meminta pembacanya untuk menentukan sendiri jalan ceritanya. Jika pembacanya tepat memilih halaman berikutnya, ia akan selamat. Namun kalau salah, ia akan LEWAT!

Begitu juga dengan kehidupan kita sehari-hari. Setiap harinya selalu dituntut untuk mengambil keputusan. Dari hal-hal kecil seperti : hari ini mau makan apa ya? hari ini mau pakai baju warna apa ya? hari ini mau bangun jam berapa ya? hari ini apa saja yang harus dikerjakan ya?

Hingga hal-hal besar mengenai memilih pekerjaan, pasangan hidup, partner bisnis, dll.

Salah-salah mengambil keputusan, kita akan LEWAT!

Kebanyakan orang akan mencari "kambing hitam" atau objek yang pantas disalahkan ketika dirinya terkena kesialan. bukankah begitu? Alih-alih merefleksi diri dan memperbaiki sikap, mereka cenderung menyalahkan. Ya.. siapapun yang punya celah untuk disalahkan. Padahal sebenarnya, orang yang bertanggung jawab atas kebahagiaan, kesedihan, kesialan, keberuntungan tersebut adalah diri manusia itu sendiri. Bukan orang lain.

Apa yang kita lakukan hari ini, akan menentukan nasib kita di kemudian hari. Yang pasti, kita harus mengetahui apa konsekuensi dari setiap pilihan-pilihan yang kita buat.



Jadilah bijak.





Jumat, 20 April 2018

Catatan Seorang Introvert


Aku lebih menyukai kesendirian. Entah mengapa. Namun aku berusaha untuk menjadi orang normal pada umumnya. Walaupun sebenarnya sedikit menyiksa. Lelah hayati bang…
Ketika aku mempelajari beberapa artikel, ternyata aku termasuk orang yang introvert. Disitu disebutkan bahwa orang introvert itu :


·         Sangat menyukai me time
·         Tidak menyukai pembicaraan ringan
·         Tidak menyukai dering handphone
·         Tidak langsung membalas pesan dari seseorang
·         Merasa keramaian membuatnya gila
·         Bukan orang yang anti sosial tapi selektif
·         Lebih nyaman untuk hangout dengan sedikit orang
·         Suka mengamati keadaan sekitar dengan sangat cermat
·         Pendengar yang sangat baik dan sangat serius ketika mendengarkan
·         Cenderung suka menulis.


ITU SEMUA AKUU BANGETTTT!!!


Terkadang aku akan menutupi sifat introvert ku dengan masuk ke komunitas lain yang sama sekali tidak kenal aku sebelumnya. Disitu aku bisa bebas menjadi orang lain. Bukan berarti aku ingin menipu orang lain, bukan. Hal ini aku lakukan untuk ‘melatih’ diriku sendiri. untuk mulai menjalin relasi dengan orang lain dan menantang diriku sejauh mana aku bisa bertahan.
Walaupun begitu, aku mencoba untuk menyeimbangkan karakterku supaya nggak introvert banget. Hingga akhirnya aku mencoba bergabung dengan sebuah komunitas yang aku pikir komunitas tersebut bisa membawa dampak positif buat aku, seperti guru sekolah minggu, kegiatan pemuda di gereja, senat mahasiswa, dan volunteer bencana alam. Dari situ aku bekerja sama dengan banyak orang dengan berbagai karakter yang berbeda. Entah mengapa aku bisa leluasa menguasai pembicaraan dengan siapa saja. Seperti bukan aku. Aku bersyukur bisa melawan sifat introvertku yang terkesan pendiam-pemalu-pasif-anti sosial. Bahkan ada yang secara langsung mengaku bahwa dirinya terberkati atas apa yang pernah aku katakan kepadanya. Oh God, ini sungguh luar biasa. Aku bersyukur bisa menjadi berkat untuk orang lain di dalam keterbatasanku.

Pesan untuk para introvert :
Menurutku, menjadi orang introvert itu tidak selamanya negatif. Mereka yang introvert hanya butuh berlatih mengkomunikasikan apa yang mereka pikirkan dan rasakan. Intinya, jangan dipendam sendiri. karena orang introvert cenderung lebih mudah depresi daripada orang ekstrovert. Pilihlah teman curhat yang bisa dipercaya dan yang mau mendengarkan dengan tulus. Kalau susah mengutarakan sesuatu, kita bisa menggunakan media seperti email, WA, sms, blog, diary, atau surat untuk menulis kegelisahan kita. Percayalah, bahwa kalian tidak sendirian. J  

Resolusi 2018


  1. Menikah
  2. Menjadi guru BK yang lebih baik
  3. Mempunyai studio make up di rumah
  4. Mempunyai kitchen set lengkap dengan peralatan dan bahan makanannya
  5. Fokus mempelajari make up --- ikutan seminar dan workshop MUA Vinna Gracia 
  6. Mempunyai bisnis sebagai MUA (Make Up Artist)
  7. Traveling ke dalam & luar negeri
  8. Menjadi penulis
  9. Mengatur pola makan sehat
  10. Perawatan wajah dan rambut
  11. Pandai membagi dan menggunakan waktu
  12. Tegas terhadap hal yang prinsip
  13. Mempunyai tabungan hari tua
  14. Menjadi istri yang cantik, baik, pintar, dan pengertian
  15. Menjadi ibu yang mampu mendidik anaknya secara demokratis  

Kamis, 19 April 2018

Penggemar Horor

Waktu aku kecil, aku suka sekali pergi ke toko buku. Buku incaranku adalah Goosebumps. Buku horror karya R.L. Stine terjemahan dari luar negeri yang ceritanya menegangkan dan penuh dengan tanda tanya. Aku senang membaca cerita yang bikin penasaran, dan susah ditebak. Beberapa koleksi buku yang aku miliki berjudul : Arwah Penasaran, Pembalasan Kurcaci Ajaib, Bergaya Sebelum Mati, Rahasia Kepala Terpenggal, Selamat Datang di Rumah Mati, Jangan Sembarangan Mengucapkan Keinginan, Misteri Museum Lilin, dan lain-lain hingga mencapai 20 eksemplar buku.

Hasil gambar untuk goosebumps arwah penasaran

Karena dulu waktu kecil aku masih sangat polos (dan mungkin sekarang juga masih), aku tak segan-segan untuk berbagi kebahagiaanku dalam membaca. Jadi setiap teman yang ingin membaca buku-buku ku, aku selalu meminjami nya dengan senang hati. Namun ternyata ada sebagian dari mereka yang tidak terlalu tertib dalam mengembalikan barang, sehingga sedikit demi sedikit buku ku hilang entah kemana. Hiks, menyedihkan.

Dari kisah-kisah yang akan baca, aku sering menceritakan kembali kepada teman-temanku dikala istirahat sekolah. Aku senang bisa menjadi pusat perhatian dan didengarkan. Apalagi kalau teman-teman sudah mulai ketakutan, aku jadi tambah senang. Hehehe.

Selain buku horor, aku juga menyukai film-film horor. Sampai sekarang. Sebenarnya aku termasuk orang yang penakut. Tapi karena rasa penasaranku lebih besar dari rasa takutku, jadi hajar aja lah. Yang penting bisa update film-film horor. Untuk film Indonesia, aku merekomendasikan film Pengabdi Setan. Menurutku alur ceritanya bagus, suka bikin kaget, dan hantunya komplit! Semua macam hantu ada disitu. Pada reunian kayaknya.

Menurutku, membaca dan menonton film horor itu seru dan menantang adrenalin. Karena aku ini orangnya penakut, jadi bisa dibilang hal ini merupakan shock terapi supaya aku menjadi orang yang pemberani dan tidak takut lagi. :)

Mirip Artis

Kapan hari, aku pernah ke klinik Tanjung Duren, terus ketika aku mau pulang dari sana tiba-tiba ada mas karyawan yang bilang ke aku.

Karyawan : Mb..mb.., mb nya wajahnya mirip deh sama reporter yang sering di Metro TV itu lho!


Maya : Oiya? siapa namanya mas?


Karyawan : Itu lho, reporter Metro TV yang pernah disandera di Afganistan


Maya : *masih bingung karena jarang nonton TV


Karyawan : Namanya Mutia siapa gitu mb (sambil senyum-senyum)


Maya : Owhh, okey.. ntar saya cari di google. Makasih mas, permisi..


Dan setelah itu sembari menunggu jemputan bang gojek datang, aku searching di internet dengan kata kunci : "reporter metro tv yang disandera di Afganistan"


Loading

.
.
.
.
.
.
.
Dan akhirnya dapet deh nama Meutya Hafid.

Ini dia penampakannya. Hohoho.






Lalu, aku jadi ingat.. sewaktu aku kecil, aku sering dibilang mirip Gita Gutawa sama ayahku dan teman-temanku. Hohoho. 


Hasil gambar untuk gita gutawa kecil
Gita Gutawa


Kemudian sahabat karibku di SMA pernah bilang kalau aku mirip Dera "Idol".



Gambar terkait
Dera 'Idol'


And then, salah satu partnerku malah pernah bilang kalau aku mirip Bunga Zainal. Akh, jadi GR. 



Hasil gambar untuk bunga zainal
Bunga Zainal


Yang pasti, cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan. Sekian. 

Selasa, 30 Mei 2017

Keluargaku adalah Rumahku

Setiap anak yang terlahir di dunia tidak bisa memilih dari keluarga mana dia dibesarkan. Apakah dari sebuah keluarga yang kaya raya atau keluarga yang kurang beruntung. Apakah dari keluarga yang harmonis atau dari keluarga yang broken home? Semua itu sudah diatur oleh Yang Diatas.

Setiap anak yang terlahir di dunia tidak bisa memilih rangkaian kata apa saja yang digunakan untuk menamai dirinya sendiri. Semua sudah diatur oleh pihak keluarga masing-masing. Dulu saat aku kecil, aku bertanya-tanya kenapa namaku Galuh Maya Stephani? Kenapa bukan Kotaro Minami? Dia kan keren, kuat, dan seorang pahlawan. Kebetulan saat itu aku ngefans banget sama tokoh superhero tersebut. Mereka yang memberikan nama untukku pasti sudah mempunyai maksud dan sejuta harapan supaya ketika aku besar nanti, kelak aku bisa menjadi anak yang seperti ratu-berjiwa pemimpin (Galuh), dapat bersinar menjadi terang bagi orang lain (Maya), dan memiliki karakter yang baik hati (Stephani). 

Setiap anak yang terlahir di dunia tidak bisa memilih dari orangtua mana dia dilahirkan. Si anak tidak bisa memilih, ingin punya papa seperti Albert Einstein, atau punya mama seperti Lady Diana. Ketika aku lahir ke dunia, aku juga tidak bisa memilih dari orangtua mana atau tipikal orangtua yang seperti apa dalam mendidik anak-anaknya. Yang aku tahu, aku memiliki kedua orang tua yang sangat menyayangiku. Walaupun terkadang, ada beberapa hal dan value yang bertolak belakang dengan apa yang aku yakini.

Ayahku seorang seniman dimana ketika aku mulai tertarik di dunia musik dan menggambar, beliau selalu menjadi mentor yang setia dan memfasilitasi segala keperluan yang aku butuhkan.

Seperti ketika aku akan mengikuti lomba menyanyi, ayahku menyulap kamarnya menjadi panggung musik, lengkap dengan sound system, mic, keyboard, organ, gitar, dan nggak tanggung-tanggung panggung pentasnya adalah tempat tidur kuno milik ayah, yang terbuat dari tiang-tiang besi nan kokoh. Setiap tiangnya beliau lengkapi dengan hiasan lampu warna warni ala 17 agustus-an. Haha, supaya terkesan seperti panggung musik beneran. Hampir setiap malam beliau menyuruhku untuk berlatih menyanyi dan merekam suaraku ke dalam sebuah kaset. Sampai sekarang rekaman itu masih ada. Sering aku putar kembali. Lucu juga ternyata suaraku saat masih kecil.

Ayahku juga mengajariku untuk belajar bermain organ dan keyboard. Sayangnya saat itu aku kurang tertarik, aku lebih memilih untuk belajar bermain gitar dan biola.

Pada saat aku akan mengikuti lomba menggambar, ayahku juga membelikan berbagai macam crayon, pensil warna, cat air, penggaris bentuk, dan buku gambar. Beliau pintar menggambar, hasil karyanya oke punya, sehingga aku termotivasi untuk bisa berkarya seperti ayah.

Sedangkan ibuku adalah seorang wanita karir yang cukup perfeksionis, dimana segala sesuatunya harus perfect! Waktunya banyak tersita di kantor. Aku sering berandai-andai kapan ibuku bisa cuti / libur lama, supaya bisa menemani hari-hariku belajar dan bermain di rumah. Walaupun sibuk, ibuku sangat menyayangi anak-anaknya. Beliau paling parno kalau anak-anaknya sakit atau kenapa-kenapa. Mungkin karena merasa kurang banyak waktu untuk mengontrol anak-anaknya, beliau menjadi sosok ibu yang suka parno, khawatiran, dan posesif. Mau belajar motor aja nggak dibolehin. Maen sepatu roda di malam hari juga sering ditegur, karena takut kalau anaknya terjatuh. Please, trust me Mom! I'm fine. Okey?

Oiya, disamping itu aku punya 1 saudara kandung yang sangat aku kasihi. Namanya Eva Ratna Syari Rhosa. Aku biasa memanggilnya dengan sebutan : Mb. Ai (dari kata Syari, berhubung aku dulunya masih celat jadi bisanya ngomong Ai. Hehee..). Dari kecil sampai dewasa ini, kami jarang sekali berantem. Sampai-sampai banyak yang ingin tahu apa rahasianya supaya tetap akur dan kompak seperti kami. Hohoho. Padahal sebenarnya nggak ada rahasianya sama sekali. :)

Yah, begitulah singkat cerita tentang keluargaku yang unik.

Bagiku, keluarga adalah rumah...,
Tempat untuk pulang...,
Tempat untuk kembali dimana ketika diluar sana tidak ada tempat senyaman di rumah...,
Tempat untuk kita kembali dari sebuah perjalanan yang panjang dan mungkin melelahkan...,

 I Love u... Ibuk, Papah, Mb. Ai.

































Selasa, 23 Mei 2017

Ciptakan Kesempatanmu Sendiri

Hallo..hallo.. hai..

Jumpa lagi bersama Maya disini.

Wah, udah lama banget nih nggak bercicit cuit di blog kesayangan, kangen tauk. Maklum, penulisnya lagi kebanyakan (p)acara(n). Hehe. *Yap, gue sekarang udah nggak jomblo lagi men! Hasek, makan2.

Btw, pasti para mayalovers udah nggak sabar ya nungguin cerita-cerita absurd dari gue?
Hayo ngaku??

Apah?? Biasa aja. Hmmm, oke baiklah.

Jadi begini, setelah sekian lama menghilang dari dunia tulis menulis, aktivitas gue sehari-hari adalah menjadi ibu peri yang baik hati alias jadi guru BK di sebuah sekolah swasta Jakarta. Gue sangat mencintai pekerjaan ini. Bisa deket sama anak-anak, belajar memahami dunia mereka, dan berbagi pengalaman dengan partner kerja yang super baik hati juga. Thank God!


Nak, tahu nggak kalo kamu itu... berat! :p

double jobdesc : guru BK dan tempat bersandar untuk hati yang lelah. Halah..


Audrey & Given : miss, ayo kita adu imut!  Miss Maya : Okey, siapa takut! 

kelakuan 2 siswa ini sungguh lucu.. sukanya kepoin dan cari2 foto guru BKnya di media sosial, diprint lalu mampir ke ruang BK cuma mau minta tanda tangan. Hahaaa... But, thank you for loving me! 

mungkin mereka pikir gue ini semacam boneka menggemaskan (gendut soalnya). Please, jangan rebutan ya nak! :p

Apalagi di dukung dengan letak tempat tinggal yang strategis, kost sama sekolah deket banget. Tinggal ngesot..berdarah dikit.., nyampe deh.

Terlepas dari pekerjaan di atas, sebenarnya gue masih punya kegelisahan untuk memiliki usaha sendiri. Mungkin selama ini orang awam bahkan termasuk gue, mempunyai pandangan yang salah tentang karir. Kebanyakan dari kita berpikir bahwa karir itu berjenjang secara vertikal. Misalnya dari karyawan biasa / staff bisa naik tingkat menjadi supervisor lalu setelah banyak peningkatan kinerja, naik lagi menjadi manager, hingga akhirnya menjadi general manager. Pasti akan banyak membutuhkan waktu-tenaga-pikiran-perasaan untuk berada di posisi yang diinginkan.

VERTIKAL *design by Maya


Namun di sisi lain, ada pernyataan dimana karir itu bisa berkembang secara horizontal. Setiap orang bisa mendapatkan penghasilan dari berbagai macam titik keahlian yang dimiliki. Contohnya :

Jam 06.30-15.00 bekerja sebagai guru (Senin-Jumat)
Jam 08.00-12.00 menerima jasa make up (Sabtu & Minggu)
Jam 13.00-17.00 menerima jasa catering kue (Sabtu & Minggu)

Waktunya lebih fleksibel, bahkan jadwalnya bisa disesuaikan dengan kebutuhan keluarga. Pastinya dengan management waktu yang baik, tetap menjaga komitmen dan konsisten.

HORIZONTAL *design by Maya


Jadi misalnya suatu hari nanti di kehidupan yang akan datang, ada keajaiban bahwa anak-anak yang baru lahir udah bisa baca dan hitung sendiri dan nggak perlu guru lagi, maka gue bisa beralih jadi tukang make up. Nanti apabila di masa berikutnya cewek-cewek udah terlalu canggih dalam bersolek, sampai-sampai punya topeng make up sendiri, tinggal tempel doang tanpa ribet, pastinya gue sebagai tukang make up akan beralih menjadi tukang kue. Lalu di era berikutnya apabila orang-orang sudah tidak menyukai kue, maka... kelarlah hidup gue.  

Enggalah, nggak gitu juga keles.

Yang pasti setiap manusia sudah diberi talenta dan kreativitasnya masing-masing untuk bisa bertahan hidup dan berguna bagi sesamanya. 

Oiya, alangkah baiknya jika kita punya seorang ‘guru’. Sosok yang bisa kita teladani. Entah itu tentang daya juangnya, semangatnya, serta nilai-nilai hidup yang dimilikinya. Pasti deh, kalian akan termotivasi dan tergerak hatinya untuk menjadi orang yang berhasil seperti mereka.


Dunia sudah berbeda, kalian bisa menjadi siapapun. Maka buatlah karya sebanyak-banyaknya, buatlah opportunity-mu sendiri. Jadilah apapun yang kamu suka!

SEMANGAT...:)


P.S. : Tulisan ini dibuat dalam rangka melunasi janji gue ke salah satu temen yang bentar lagi mau launching buku baru. Yeeyyy, selamat yah... Rinnitut! I'm so proud you!! :)