Sepertinya kapasitas otakku ini perlu ditambah lagi dan sekiranya memory yang tidak penting harus segera aku delete lalu kumasukkan ke dalam recycle bin agar aku dapat menampung lebih banyak lagi informasi-informasi yang berkaitan dengan kewajiban dan tanggung jawabku sebagai mahasiswa Psikologi sekaligus Ketua Kegiatan Bakat Minat Jurnalistik. Jujur, aku kurang suka dengan kata “ketua”, aku lebih suka dengan kata ”koordinator”. Aku cukup terbeban dengan adanya mis-communication yang terjadi diantara kami (bidang 3, departemen infokom & propaganda dengan KBM Jurnalistik). Kurang adanya komunikasi yang baik, ketidakjelasan informasi, dan minimnya pengarahan dalam pembuatan proposal kegiatan dan laporan pertanggung jawaban. Sampai-sampai ada hal utama yang sebenarnya harus aku prioritaskan namun aku justru melupakannya, yaitu kesehatanku sendiri. Kesehatan jiwa dan ragaku...
Aku cukup stres dengan ini semua. Belum juga dengan skripsiku, yang revisiannya sama sekali belum aku sentuh. Kapan kelarnya coba?
To : Anak-anakku, anggota KBM Jurnalistik tercinta...
Aku harap dalam keanggotaan ini kita tidak memandang jabatan, usia, maupun jenis kelamin. Di sini kita sama-sama bekerja untuk mewujudkan target kegiatan kita agar dapat terlaksana dengan baik. Aku ingin kita mengerjakannya bersama-sama dan saling membantu satu sama lain.
Perlu teman-teman ketahui bahwa di sini kita sama-sama belajar, sama-sama dari enol. Jadi tidak ada batasan dan alasan bahwa kamu tidak bisa melakukannya. Dulu akupun juga begitu. Sama seperti apa yang kalian rasakan, seperti meraba-raba di dalam kegelapan. Namun aku berusaha untuk mencari terang itu, guna menerangiku dalam setiap langkahku agar aku tidak salah arah. Terkadang aku merasa bagaikan seorang guru Matematika yang dimintai tolong untuk mengajarkan mata pelajaran Sejarah. Apakah ini tepat? Apakah ini sesuai dengan kompetensi? TIDAK JAWABKU.
Begitu juga dengan apa yang sedang aku alami sekarang ini...
Aku diminta untuk mengerjakan sesuatu yang sebenarnya aku sendiri juga belum begitu tahu tentang hal itu. Kesalahanku adalah tidak berpikir panjang dalam mengambil keputusan. Kenapa (dulu) aku langsung meng-iya-kannya? Hal yang menjadi pertimbangan mereka memilihku adalah karena aku pernah menjadi anggota Departemen infokom & propaganda, bidang eksternal-internal yang salah satu tugasnya adalah mengurus mading dan menyusun buletin psikologi. Cuma karena itu, tidak lebih.
Aku menerima tawaran ini bukan karena jabatan, melainkan karena kesempatan. Kesempatan dimana aku bisa terus belajar, belajar, dan belajar. Disini aku diberi tantangan untuk bisa melakukan hal yang ”lebih”, hal yang berada diluar kemampuanku. Namun aku berpikir bahwa disitulah aku dapat belajar banyak tentang tulis menulis, cara menulis yang baik dan benar, belajar untuk mengkoordinir suatu kegiatan, dan belajar bekerja sama dengan orang lain yang memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Oiya, ada satu hal lagi, yaitu melatih KESABARAN. Hehehe. (karena disini banyak tercurah keringat dan air mata)
Ternyata kenyataan berkata lain, pekerjaan dan tanggung jawabku ini tidak se-simple yang aku bayangkan. Untuk mengimbangi hal ini aku berusaha mencari tahu informasi sebanyak-banyaknya tentang Jurnalistik, sharing kepada teman-teman yang lebih berkompeten dalam hal ini, bertukar pikiran dan pendapat, search di internet, baca buku-buku jurnalistik, dan mencoba mengilhami tulisan anak-anak Jurnalistik yang berasal dari situs dan majalah Scientiarum, wacana kritis-prisipil mahasiswa UKSW.
Aku ingin ketika aku membagikan ilmuku kepada teman-teman, semua itu benar-benar aku curahkan dari lubuk hatiku yang paling dalam. Aku ingin memberikan semuanya itu tanpa tersisa.
Ingatlah bahwa kita semua adalah saudara. Kita adalah keluarga kecil KBM Jurnalistik. Aku bangga punya saudara seperti kalian semua, kalian itu cerdas, kritis, kreatif, dan humoris.
Terima kasih karena teman-teman selalu membantuku mencari tahu informasi-informasi yang aku butuhkan, ide-ide cemerlang untuk kemajuan KBM Jurnalistik, saran dan kritik yang membangun, dan kerelaan kalian dalam meluangkan waktu, pikiran, serta materi. Thank's about all...Tapi ingat, perjuangan kita belum berakhir sampai disini.
“ Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia”.
(1 Korintus 15 : 58)
Jumat, 26 Maret 2010
Selasa, 23 Maret 2010
normal atau abnormal?
Disaat banyak orang sedang meributkan tentang kisah cinta mereka, aku justru males banget ngomongin soal cinta.
Disaat banyak orang senang mendapatkan sms-sms bertubi-tubi dari seseorang, kadang aku justru merasa terganggu.
Disaat banyak orang menyetel nada dering hp nya dengan berbagai lagu, aku justru men-silent nya lalu menggantinya cukup dengan getaran saja.
Disaat banyak orang bahagia sekali menerima sms dari pacarnya yang berbunyi : lagi apa yank?, jangan lupa makan yah..., aku sayang kamu, dan lain sebagainya, di saat yang sama aku malah bosan mendapat sms seperti itu. Monoton banget. Selagi aku masih hidup, pastinya aku juga nggak bakalan lupa dengan aktivitas yang namanya MAKAN.
Disaat banyak orang sedih dan menangis ketika putus dengan pacarnya, aku malah justru senang dan bahagia karena bisa terbebas dari makhluk yang berjenis kelamin laki-laki itu. Merasa bebas dan tidak ada kekangan sama sekali, nggak boleh inilah,,,nggak boleh itulah,,,huff capek deh.
Mungkin tanpa aku sadari aku sedang menggunakan strategi defence mechanism untuk mengatasi masalahku ini...
Menurut teori Freud, mekanisme pertahanan diri (defence mechanism)digunakan untuk menunjukkan proses tak sadar yang melindungi si individu dari kecemasan melalui pemutarbalikan kenyataan. Pada dasarnya strategi-strategi ini tidak mengubah kondisi objektif bahaya dan hanya mengubah cara individu mempersepsi atau memikirkan masalah itu. Jadi, mekanisme pertahanan diri melibatkan unsur penipuan diri.
Hmm, bisa jadi aku sedang menipu diriku sendiri.
Disaat banyak orang senang mendapatkan sms-sms bertubi-tubi dari seseorang, kadang aku justru merasa terganggu.
Disaat banyak orang menyetel nada dering hp nya dengan berbagai lagu, aku justru men-silent nya lalu menggantinya cukup dengan getaran saja.
Disaat banyak orang bahagia sekali menerima sms dari pacarnya yang berbunyi : lagi apa yank?, jangan lupa makan yah..., aku sayang kamu, dan lain sebagainya, di saat yang sama aku malah bosan mendapat sms seperti itu. Monoton banget. Selagi aku masih hidup, pastinya aku juga nggak bakalan lupa dengan aktivitas yang namanya MAKAN.
Disaat banyak orang sedih dan menangis ketika putus dengan pacarnya, aku malah justru senang dan bahagia karena bisa terbebas dari makhluk yang berjenis kelamin laki-laki itu. Merasa bebas dan tidak ada kekangan sama sekali, nggak boleh inilah,,,nggak boleh itulah,,,huff capek deh.
Mungkin tanpa aku sadari aku sedang menggunakan strategi defence mechanism untuk mengatasi masalahku ini...
Menurut teori Freud, mekanisme pertahanan diri (defence mechanism)digunakan untuk menunjukkan proses tak sadar yang melindungi si individu dari kecemasan melalui pemutarbalikan kenyataan. Pada dasarnya strategi-strategi ini tidak mengubah kondisi objektif bahaya dan hanya mengubah cara individu mempersepsi atau memikirkan masalah itu. Jadi, mekanisme pertahanan diri melibatkan unsur penipuan diri.
Hmm, bisa jadi aku sedang menipu diriku sendiri.
Sabtu, 20 Maret 2010
Senangnya Mendapat Keluarga Baru
♫ ♪ ... ♪ ♫ ... ♫ ♫ ... ♪ ♪
Remang-remang aku mendengar alunan lagu. Semakin lama semakin jelas terdengar di telingaku. Kemudian aku meraba-raba tempat tidur untuk mencari tahu sumber suara itu. Ternyata bunyi itu berasal dari alarm HPku, jam menunjukkan pukul 5 pagi. Aku tersadar bahwa hari itu adalah hari pertamaku menjadi observer di SD Sidorejo Lor 5 Salatiga. Ibu Anti, salah satu dosen psikologi, meminta aku dan teman-teman untuk menjadi observer disana.
Aku bergegas mandi dan mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan. Kemudian aku mendandani diri layaknya ibu guru muda, penampilanku kali ini tidak seperti biasanya. Aku harus tampil rapi, dengan memakai rok span, kemeja, sepatu dan rambutku aku cepol agar tidak mengganggu jalannya observasi. Hari itu aku memakai rok biru tua dan kemeja kotak-kotak berwarna biru putih. Dosenku bilang, aku mirip kayak anak SMP. Karena tidak terbiasa memakai rok, aku sempat merasa tidak nyaman. Untuk jalan saja rasanya ribet, sampai-sampai resletingnya bergeser ke samping. Tapi tak apalah, namanya juga belajar pakai rok lagi setelah sekian lama tidak memakai rok.
Tibalah saatnya aku menginjakkan kakiku di SD Sidorejo Lor 5, tempat dimana aku harus mengobservasi subjek. Aku bersama dosen dan temanku berjalan menuju ke ruang kelas 3. Lalu aku bertemu dan berkenalan dengan guru kelasnya, beliau bernama ibu Wardati. Aku melemparkan senyum kearahnya, dan ternyata kedatangan kami disambut dengan baik oleh ibu Wardati. Aku melihat suasana di kelas itu tidak begitu ramai. Mungkin karena kedatangan kami, anak-anak menjadi sedikit menjaga image mereka. Ibu Wardati kemudian mencarikan tempat duduk untukku dan temanku yang kebetulan juga mendapatkan tugas menjadi observer disana. Temanku ini bernama kak Herlina. Setelah mendapatkan tempat duduk, aku mulai membuka map merah yang aku bawa dan memulai tugasku sebagai seorang observer. Sebelumnya aku sudah diberitahu oleh dosenku terlebih dahulu mengenai “sasaran” observasi kami. Anak itu berinisial HDS. Dia seorang anak laki-laki berbadan gendut, kulit sawo matang, rambutnya tebal, matanya bulat ( ya iyalah, masa’ matanya kotak. hehe…) dan yang bikin aku tertarik adalah gigi kelincinya yang lucu. Disana aku juga berkenalan dengan anak-anak yang lainnya. Mereka semua memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri. Inilah profil-profil mereka :
ELA
Menurutku dia gadis cilik yang cantik dan lucu. Bocah berkulit putih ini sukanya guyon
sendiri dengan teman sebangkunya sehingga terkadang pekerjaannya agak sedikit
tertinggal dibandingkan teman-teman yang lainnya. Dia sering membawa tupperware
warna ungu yang berisi bekal makanan, lengkap dengan alat makan dan tasnya.
KEVIN
Seorang bocah cilik yang ceriwis, berambut keriting dan berkulit coklat. Setiap mengerjakan tugas, tangannya tidak bisa diam. Ia selalu menabuh meja menggunakan bolpoint sambil menyanyikan beberapa lagu band terkenal yang sering muncul di TV. Suatu saat aku dekati dia, kemudian aku tegur supaya jangan berisik. Dengan polosnya Kevin menjawab : ”Bu, aku tuh pengen jadi anak band terkenal!” Okelah kalo begitu…
ILHAM
Sepertinya banyak anak perempuan dikelas itu yang simpatik dengannya. Selain pintar, Ilham juga mudah bergaul. Ia selalu membuat suasana menjadi gembira. Disaat Ilham berulang tahun, anak-anak meminta tolong kepadaku untuk membuatkan kartu ucapan ulang tahun. Hampir setiap kali ketika Ilham mencocokan pekerjaannya dan ternyata jawabannya benar, Ilham selalu mengucapkan kata-kata : ”betul…betul…betul!” versi Ipin Upin.
DEVI
Seorang anak perempuan berambut keriting berwarna kemerahan. Dia termasuk anak yang pendiam. Hampir setiap istirahat, ia selalu membawakan permen untukku. Thank’s ya…
NANDA
Ia seorang gadis cilik yang lincah, berwajah manis, berambut panjang, dan cerewet. Ia selalu memakai asesoris bernuansa pink. Dari tasnya, tempat pensil, bando, jepit, dan lainnya hampir semua berwarna pink.
LINA
Seorang anak perempuan yang bisa dibilang suka dandan. Anting-antingnya itu loh, gede banget. Ia senang memadukan warna seragamnya dengan bando yang dipakainya. Disaat seragamnya biru, bandonya pasti biru. Ketika seragamnya pink, bandonya juga pink. Begitu juga disaat memakai seragam pramuka, bandonya pasti coklat. Sepertinya Lina ingin mengenal dan lebih dekat dengan para observer, sehingga ia meminta no. HP kami masing-masing. Hampir setiap pulang sekolah, Lina pasti sms aku. Ketika aku tidak bertugas di SD, Lina pasti sms : ”Bu, tadi ko nggak datang? Besok datang yah!”
Hingga suatu saat aku pernah tampil beda. Rambutku yang biasanya dicepol, hari itu cuma aku kuncir aja. Jadi rambutku terlihat panjang. Kemudian sorenya Lina sms aku : ”Bu, besok dikucir lagi ya rambutnya, cantik kok!” wuah segitunya... oke deh makasih ya buat saran dan pujiannya.
TIO
Seorang anak laki-laki berbadan kecil, berkulit coklat. Aku senang melihat senyumannya, dia itu imut banget. Tio merupakan siswa baru di kelas itu yang berasal dari sebuah panti asuhan. Tak heran jika dia sering digodain dan diejek temannya. Hingga suatu saat terjadilah sebuah pertengkaran hebat antara Tio dengan temannya. (sebenarnya sih bukan pertengkaran hebat, cuma penulisnya aja yang lebay! ;p) makhlumlah masih anak-anak. Kemudian ada beberapa anak mendatangi aku sambil berkata :”Bu, Tio nangis Bu...Tio gelut (dibaca : bertengkar) sama temennya. Ayo Bu, atasi Bu!”
Aku geli ketika mendengar kata-kata :”Ayo Bu, atasi Bu!” aku jadi merasa seperti kepala suku yang harus menolong anak buahnya ketika mereka bertengkar. Kadang aku juga tidak enak dengan warga sekolah lainnya karena aku tidak mempunyai hak sepenuhnya atas murid-murid disitu. Dengan segala keberanian yang ada, berlandaskan ilmu Agama dan PPkn-ku yang nggak seberapa itu aku mencoba melerai dan menasehati mereka satu per satu. Disitu terjadi pro dan kontra dari kedua belah pihak. Akhirnya masalah itu bisa teratasi, dan mereka bisa baikan lagi.
RHEHAN
Teman-temannya sudah memberikan julukan buat Rhehan yaitu precil yang artinya kecil. Memang, kalau dilihat dari postur tubuhnya Rhehan termasuk anak yang mini. Dia juga sedikit nakal, aku sering menegurnya agar bisa diam dan duduk dengan tenang.
ALFIAN
Nah kalau yang ini nih bisa dibilang premannya kelas 3. sebenernya dia cakep, tapi nakalnya itu loh nggak ketulungan. Bu Wardati pernah berkata kalau lirikan Alfian itu seperti lirikannya anak nakal, kesannya kayak menantang gitu.
RIAN
Dia termasuk anak laki-laki yang postur tubuhnya paling tinggi sendiri. Secara, dia pernah tinggal kelas. Kalau tidak salah, sekarang dia sudah berumur 12 tahun sedangkan teman-temannya kurang lebih masih berumur 9 tahun. Dia anak yang bandel, nakal, dan jahil. Aku pernah menjadi sasaran kejahilannya. Suatu hari disaat aku sedang memeriksa pekerjaan anak-anak, tiba-tiba aku hampir terjatuh ketika berjalan melewati tempat duduknya. Rian tertawa ngakak, ternyata ia mencoba menjegal aku dengan kakinya yang panjang itu. Untung aja aku nggak terjatuh, mau ditaruh dimana mukaku? Aku sedikit geram dan mencoba untuk mengontrol emosiku. Aku tidak bisa tinggal diam, aku ingin memberikan sedikit pelajaran buat dia. Lalu aku sengaja melewati tempat duduknya lagi untuk membalaskan dendamku. (tidak untuk ditiru). Ketika aku melangkah mendekati tempat duduknya, aku mengambil ancang-ancang sekuat tenaga untuk mengayunkan kaki dan... Auuuuwwww!!! Terdengar jeritan Rian yang sedang kesakitan. Aku hanya menoleh ke belakang sambil memberikan senyum kemenangan. ^_^
AYA
Seorang gadis kecil yang benar-benar kecil dan centil. Ia suka sekali jalan-jalan ketika guru sedang menerangkan pelajaran. Karena tidak bisa duduk dengan tenang, Ibu guru pernah menyita tempat duduknya sehingga dengan terpaksa Aya harus mengikuti pelajaran dengan cara tetap berdiri di tempat tanpa beralaskan kursi.
ALDO
Anak laki-laki berkulit hitam dan berambut keriting ini senang sekali becanda dengan teman-temannya. Suatu hari Aldo memakai kaos dalam terbalik. Lalu aku dekati dia, dan aku tegur : "Aldo, kok kaos dalammu terbalik sih? Sana, dibenerin dulu di kamar mandi". Lalu Aldo pun menjawab :"Iya Bu, sekarang aku mau ke kamar mandi dulu. soalnya kata orang kalau kaos dalamnya kebalik, kan sama aja doain orang tua cepet mati kan Bu?" Kemudian aku mengrenyitkan dahi sambil berpikir, anak ini dapet teori itu darimana yah? Ah, sudahlah...
HDS (nama disamarkan)
Anak ini adalah tokoh utama, karena mau nggak mau aku harus melihat dan mencatat segala aktivitas yang dilakukannya. Secara, dia merupakan subyek observasi kami. Sebenarnya dia pintar, tapi kurang bisa memperhatikan dan tidak fokus pada satu hal tertentu. Hal ini menyebabkan nilai-nilainya kurang memuaskan. Ia tipe anak yang mudah terpengaruh dan terpancing emosinya ketika teman-temannya mulai mengganggunya. Ia selalu marah ketika dipanggil dengan sebutan "gemblong" (dibaca: gendut) oleh teman-temannya. Suatu saat aku pernah menegurnya karena dia tidak bisa duduk dengan semestinya, "Dimana tempat dudukmu? ayo duduk yang bener!". "Ya Bu!" sahutnya meyakinkanku. Aku masih ragu, lalu aku bertanya lagi, "Bener nggak bohong? kalau kamu bohong hukumannya apa?" Lalu dia menjawab dengan semangat, "Push up 100 kali Bu!".
Yah, beginilah sedikit kisah tentang kepolosan, keluguan, dan kelucuan yang aku tangkap dari mereka. Terkadang aku sering naik pitam ketika mereka nakal dan sulit diatur. Namun sering kali aku juga merasa kangen ketika tidak bertemu dengan mereka lagi. Apalagi ketika mengingat disaat mereka baris-berbaris sebelum masuk kelas, satu per satu pasti selalu menjabat dan mencium tanganku secara bergantian. Mereka tampak menyayangi dan menghargaiku meskipun aku bukan guru mereka. Ada juga salah satu murid dari kelas itu (seorang anak perempuan) yang tiba-tiba saja memeluk aku sambil berkata : "Bu Maya...!". ya ampun, aku jadi terharu mendengar dirinya menyebut namaku dengan penuh manja dan antusias. (Kalau ini mah, aku nya yang kegeeran.hehe)
Sejak saat itu aku merasa mendapatkan keluarga baru di SD Sidorejo Lor 5 Salatiga, yang sebelumnya aku belum mengenal mereka sama sekali. Tak terkecuali ibu Wardati. Ibu yang sudah meniti karirnya sejak tahun 1983 sebagai pahlawan tanpa tanda jasa itu juga memberikan inspirasi buatku agar tetap sabar dalam menghadapi segala sesuatu dan tetap disiplin dalam belajar. Aku berbincang-bincang dengan ibu Wardati menggunakan bahasa jawa krama inggil. Sepertinya beliau nyaman dengan bahasa itu. Ibu Wardati sempat juga menceritakan anaknya yang ternyata sedang mengambil kuliah di Universitas Kristen Satya Wacana, jurusan Fisikom angkatan 2006.
By the way, sekarang tugasku menjadi seorang observer telah selesai, namun kenangan dan cintaku kepada mereka masih tetap ada dan tak pernah usai.

(Diperankan oleh model...karena foto-foto aslinya masih tersimpan di HP teman. Jadi harap maklum. ^_*)
Remang-remang aku mendengar alunan lagu. Semakin lama semakin jelas terdengar di telingaku. Kemudian aku meraba-raba tempat tidur untuk mencari tahu sumber suara itu. Ternyata bunyi itu berasal dari alarm HPku, jam menunjukkan pukul 5 pagi. Aku tersadar bahwa hari itu adalah hari pertamaku menjadi observer di SD Sidorejo Lor 5 Salatiga. Ibu Anti, salah satu dosen psikologi, meminta aku dan teman-teman untuk menjadi observer disana.
Aku bergegas mandi dan mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan. Kemudian aku mendandani diri layaknya ibu guru muda, penampilanku kali ini tidak seperti biasanya. Aku harus tampil rapi, dengan memakai rok span, kemeja, sepatu dan rambutku aku cepol agar tidak mengganggu jalannya observasi. Hari itu aku memakai rok biru tua dan kemeja kotak-kotak berwarna biru putih. Dosenku bilang, aku mirip kayak anak SMP. Karena tidak terbiasa memakai rok, aku sempat merasa tidak nyaman. Untuk jalan saja rasanya ribet, sampai-sampai resletingnya bergeser ke samping. Tapi tak apalah, namanya juga belajar pakai rok lagi setelah sekian lama tidak memakai rok.
Tibalah saatnya aku menginjakkan kakiku di SD Sidorejo Lor 5, tempat dimana aku harus mengobservasi subjek. Aku bersama dosen dan temanku berjalan menuju ke ruang kelas 3. Lalu aku bertemu dan berkenalan dengan guru kelasnya, beliau bernama ibu Wardati. Aku melemparkan senyum kearahnya, dan ternyata kedatangan kami disambut dengan baik oleh ibu Wardati. Aku melihat suasana di kelas itu tidak begitu ramai. Mungkin karena kedatangan kami, anak-anak menjadi sedikit menjaga image mereka. Ibu Wardati kemudian mencarikan tempat duduk untukku dan temanku yang kebetulan juga mendapatkan tugas menjadi observer disana. Temanku ini bernama kak Herlina. Setelah mendapatkan tempat duduk, aku mulai membuka map merah yang aku bawa dan memulai tugasku sebagai seorang observer. Sebelumnya aku sudah diberitahu oleh dosenku terlebih dahulu mengenai “sasaran” observasi kami. Anak itu berinisial HDS. Dia seorang anak laki-laki berbadan gendut, kulit sawo matang, rambutnya tebal, matanya bulat ( ya iyalah, masa’ matanya kotak. hehe…) dan yang bikin aku tertarik adalah gigi kelincinya yang lucu. Disana aku juga berkenalan dengan anak-anak yang lainnya. Mereka semua memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri. Inilah profil-profil mereka :
ELA
Menurutku dia gadis cilik yang cantik dan lucu. Bocah berkulit putih ini sukanya guyon
sendiri dengan teman sebangkunya sehingga terkadang pekerjaannya agak sedikit
tertinggal dibandingkan teman-teman yang lainnya. Dia sering membawa tupperware
warna ungu yang berisi bekal makanan, lengkap dengan alat makan dan tasnya.
KEVIN
Seorang bocah cilik yang ceriwis, berambut keriting dan berkulit coklat. Setiap mengerjakan tugas, tangannya tidak bisa diam. Ia selalu menabuh meja menggunakan bolpoint sambil menyanyikan beberapa lagu band terkenal yang sering muncul di TV. Suatu saat aku dekati dia, kemudian aku tegur supaya jangan berisik. Dengan polosnya Kevin menjawab : ”Bu, aku tuh pengen jadi anak band terkenal!” Okelah kalo begitu…
ILHAM
Sepertinya banyak anak perempuan dikelas itu yang simpatik dengannya. Selain pintar, Ilham juga mudah bergaul. Ia selalu membuat suasana menjadi gembira. Disaat Ilham berulang tahun, anak-anak meminta tolong kepadaku untuk membuatkan kartu ucapan ulang tahun. Hampir setiap kali ketika Ilham mencocokan pekerjaannya dan ternyata jawabannya benar, Ilham selalu mengucapkan kata-kata : ”betul…betul…betul!” versi Ipin Upin.
DEVI
Seorang anak perempuan berambut keriting berwarna kemerahan. Dia termasuk anak yang pendiam. Hampir setiap istirahat, ia selalu membawakan permen untukku. Thank’s ya…
NANDA
Ia seorang gadis cilik yang lincah, berwajah manis, berambut panjang, dan cerewet. Ia selalu memakai asesoris bernuansa pink. Dari tasnya, tempat pensil, bando, jepit, dan lainnya hampir semua berwarna pink.
LINA
Seorang anak perempuan yang bisa dibilang suka dandan. Anting-antingnya itu loh, gede banget. Ia senang memadukan warna seragamnya dengan bando yang dipakainya. Disaat seragamnya biru, bandonya pasti biru. Ketika seragamnya pink, bandonya juga pink. Begitu juga disaat memakai seragam pramuka, bandonya pasti coklat. Sepertinya Lina ingin mengenal dan lebih dekat dengan para observer, sehingga ia meminta no. HP kami masing-masing. Hampir setiap pulang sekolah, Lina pasti sms aku. Ketika aku tidak bertugas di SD, Lina pasti sms : ”Bu, tadi ko nggak datang? Besok datang yah!”
Hingga suatu saat aku pernah tampil beda. Rambutku yang biasanya dicepol, hari itu cuma aku kuncir aja. Jadi rambutku terlihat panjang. Kemudian sorenya Lina sms aku : ”Bu, besok dikucir lagi ya rambutnya, cantik kok!” wuah segitunya... oke deh makasih ya buat saran dan pujiannya.
TIO
Seorang anak laki-laki berbadan kecil, berkulit coklat. Aku senang melihat senyumannya, dia itu imut banget. Tio merupakan siswa baru di kelas itu yang berasal dari sebuah panti asuhan. Tak heran jika dia sering digodain dan diejek temannya. Hingga suatu saat terjadilah sebuah pertengkaran hebat antara Tio dengan temannya. (sebenarnya sih bukan pertengkaran hebat, cuma penulisnya aja yang lebay! ;p) makhlumlah masih anak-anak. Kemudian ada beberapa anak mendatangi aku sambil berkata :”Bu, Tio nangis Bu...Tio gelut (dibaca : bertengkar) sama temennya. Ayo Bu, atasi Bu!”
Aku geli ketika mendengar kata-kata :”Ayo Bu, atasi Bu!” aku jadi merasa seperti kepala suku yang harus menolong anak buahnya ketika mereka bertengkar. Kadang aku juga tidak enak dengan warga sekolah lainnya karena aku tidak mempunyai hak sepenuhnya atas murid-murid disitu. Dengan segala keberanian yang ada, berlandaskan ilmu Agama dan PPkn-ku yang nggak seberapa itu aku mencoba melerai dan menasehati mereka satu per satu. Disitu terjadi pro dan kontra dari kedua belah pihak. Akhirnya masalah itu bisa teratasi, dan mereka bisa baikan lagi.
RHEHAN
Teman-temannya sudah memberikan julukan buat Rhehan yaitu precil yang artinya kecil. Memang, kalau dilihat dari postur tubuhnya Rhehan termasuk anak yang mini. Dia juga sedikit nakal, aku sering menegurnya agar bisa diam dan duduk dengan tenang.
ALFIAN
Nah kalau yang ini nih bisa dibilang premannya kelas 3. sebenernya dia cakep, tapi nakalnya itu loh nggak ketulungan. Bu Wardati pernah berkata kalau lirikan Alfian itu seperti lirikannya anak nakal, kesannya kayak menantang gitu.
RIAN
Dia termasuk anak laki-laki yang postur tubuhnya paling tinggi sendiri. Secara, dia pernah tinggal kelas. Kalau tidak salah, sekarang dia sudah berumur 12 tahun sedangkan teman-temannya kurang lebih masih berumur 9 tahun. Dia anak yang bandel, nakal, dan jahil. Aku pernah menjadi sasaran kejahilannya. Suatu hari disaat aku sedang memeriksa pekerjaan anak-anak, tiba-tiba aku hampir terjatuh ketika berjalan melewati tempat duduknya. Rian tertawa ngakak, ternyata ia mencoba menjegal aku dengan kakinya yang panjang itu. Untung aja aku nggak terjatuh, mau ditaruh dimana mukaku? Aku sedikit geram dan mencoba untuk mengontrol emosiku. Aku tidak bisa tinggal diam, aku ingin memberikan sedikit pelajaran buat dia. Lalu aku sengaja melewati tempat duduknya lagi untuk membalaskan dendamku. (tidak untuk ditiru). Ketika aku melangkah mendekati tempat duduknya, aku mengambil ancang-ancang sekuat tenaga untuk mengayunkan kaki dan... Auuuuwwww!!! Terdengar jeritan Rian yang sedang kesakitan. Aku hanya menoleh ke belakang sambil memberikan senyum kemenangan. ^_^
AYA
Seorang gadis kecil yang benar-benar kecil dan centil. Ia suka sekali jalan-jalan ketika guru sedang menerangkan pelajaran. Karena tidak bisa duduk dengan tenang, Ibu guru pernah menyita tempat duduknya sehingga dengan terpaksa Aya harus mengikuti pelajaran dengan cara tetap berdiri di tempat tanpa beralaskan kursi.
ALDO
Anak laki-laki berkulit hitam dan berambut keriting ini senang sekali becanda dengan teman-temannya. Suatu hari Aldo memakai kaos dalam terbalik. Lalu aku dekati dia, dan aku tegur : "Aldo, kok kaos dalammu terbalik sih? Sana, dibenerin dulu di kamar mandi". Lalu Aldo pun menjawab :"Iya Bu, sekarang aku mau ke kamar mandi dulu. soalnya kata orang kalau kaos dalamnya kebalik, kan sama aja doain orang tua cepet mati kan Bu?" Kemudian aku mengrenyitkan dahi sambil berpikir, anak ini dapet teori itu darimana yah? Ah, sudahlah...
HDS (nama disamarkan)
Anak ini adalah tokoh utama, karena mau nggak mau aku harus melihat dan mencatat segala aktivitas yang dilakukannya. Secara, dia merupakan subyek observasi kami. Sebenarnya dia pintar, tapi kurang bisa memperhatikan dan tidak fokus pada satu hal tertentu. Hal ini menyebabkan nilai-nilainya kurang memuaskan. Ia tipe anak yang mudah terpengaruh dan terpancing emosinya ketika teman-temannya mulai mengganggunya. Ia selalu marah ketika dipanggil dengan sebutan "gemblong" (dibaca: gendut) oleh teman-temannya. Suatu saat aku pernah menegurnya karena dia tidak bisa duduk dengan semestinya, "Dimana tempat dudukmu? ayo duduk yang bener!". "Ya Bu!" sahutnya meyakinkanku. Aku masih ragu, lalu aku bertanya lagi, "Bener nggak bohong? kalau kamu bohong hukumannya apa?" Lalu dia menjawab dengan semangat, "Push up 100 kali Bu!".
Yah, beginilah sedikit kisah tentang kepolosan, keluguan, dan kelucuan yang aku tangkap dari mereka. Terkadang aku sering naik pitam ketika mereka nakal dan sulit diatur. Namun sering kali aku juga merasa kangen ketika tidak bertemu dengan mereka lagi. Apalagi ketika mengingat disaat mereka baris-berbaris sebelum masuk kelas, satu per satu pasti selalu menjabat dan mencium tanganku secara bergantian. Mereka tampak menyayangi dan menghargaiku meskipun aku bukan guru mereka. Ada juga salah satu murid dari kelas itu (seorang anak perempuan) yang tiba-tiba saja memeluk aku sambil berkata : "Bu Maya...!". ya ampun, aku jadi terharu mendengar dirinya menyebut namaku dengan penuh manja dan antusias. (Kalau ini mah, aku nya yang kegeeran.hehe)
Sejak saat itu aku merasa mendapatkan keluarga baru di SD Sidorejo Lor 5 Salatiga, yang sebelumnya aku belum mengenal mereka sama sekali. Tak terkecuali ibu Wardati. Ibu yang sudah meniti karirnya sejak tahun 1983 sebagai pahlawan tanpa tanda jasa itu juga memberikan inspirasi buatku agar tetap sabar dalam menghadapi segala sesuatu dan tetap disiplin dalam belajar. Aku berbincang-bincang dengan ibu Wardati menggunakan bahasa jawa krama inggil. Sepertinya beliau nyaman dengan bahasa itu. Ibu Wardati sempat juga menceritakan anaknya yang ternyata sedang mengambil kuliah di Universitas Kristen Satya Wacana, jurusan Fisikom angkatan 2006.
By the way, sekarang tugasku menjadi seorang observer telah selesai, namun kenangan dan cintaku kepada mereka masih tetap ada dan tak pernah usai.

(Diperankan oleh model...karena foto-foto aslinya masih tersimpan di HP teman. Jadi harap maklum. ^_*)
Ingin hidup 1000 tahun lagi
Jika Sang pencipta menghendaki, aku ingin hidup 1000 tahun lagi. Aku sangat bersyukur sekali apabila Dia memberikan umur panjang dan kesehatan yang cukup untukku. Bukan untuk suatu keegoisan diri, namun untuk memperbaiki diri. Kenapa baru sekarang aku menyadarinya? Aku sadar, ternyata masih banyak hal-hal penting yang belum aku selesaikan di dunia ini. Selama ini aku belum berbuat apa-apa. Aku hanya "diam" dan mengikuti arus saja tanpa berpikir. Aku belum membuat sesuatu yang "besar" di dalam hidupku. Aku tidak ingin ibuku sia-sia mengandungku selama 9 bulan dan melahirkanku dengan susah payah, sampai mempertaruhkan nyawanya hanya untuk seorang bayi kecil yang mengalami kalung usus ini.
Bapakku pernah berkata : "Wong urip kuwi angel, kanca-kancamu kuwi sakjane sainganmu dewe. Dadi kowe kudu sregep sinau, ojo ubyang-ubyung wae". Sampai sekarang kata-kata itu masih terngiang di kepalaku. Bener juga ya kata bapak, kadang aku sering terlena dengan hal-hal yang lebih menarik daripada setumpuk buku pelajaran. Kadang aku juga tidak pernah mau memikirkan untuk masa depan. Oh, tuhan... ampunilah anakMu ini. Semoga kali ini aku belum terlambat.
Bapakku pernah berkata : "Wong urip kuwi angel, kanca-kancamu kuwi sakjane sainganmu dewe. Dadi kowe kudu sregep sinau, ojo ubyang-ubyung wae". Sampai sekarang kata-kata itu masih terngiang di kepalaku. Bener juga ya kata bapak, kadang aku sering terlena dengan hal-hal yang lebih menarik daripada setumpuk buku pelajaran. Kadang aku juga tidak pernah mau memikirkan untuk masa depan. Oh, tuhan... ampunilah anakMu ini. Semoga kali ini aku belum terlambat.
Langganan:
Postingan (Atom)