Remang-remang aku mendengar alunan lagu. Semakin lama semakin jelas terdengar di telingaku. Kemudian aku meraba-raba tempat tidur untuk mencari tahu sumber suara itu. Ternyata bunyi itu berasal dari alarm HPku, jam menunjukkan pukul 5 pagi. Aku tersadar bahwa hari itu adalah hari pertamaku menjadi observer di SD Sidorejo Lor 5 Salatiga. Ibu Anti, salah satu dosen psikologi, meminta aku dan teman-teman untuk menjadi observer disana.
Aku bergegas mandi dan mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan. Kemudian aku mendandani diri layaknya ibu guru muda, penampilanku kali ini tidak seperti biasanya. Aku harus tampil rapi, dengan memakai rok span, kemeja, sepatu dan rambutku aku cepol agar tidak mengganggu jalannya observasi. Hari itu aku memakai rok biru tua dan kemeja kotak-kotak berwarna biru putih. Dosenku bilang, aku mirip kayak anak SMP. Karena tidak terbiasa memakai rok, aku sempat merasa tidak nyaman. Untuk jalan saja rasanya ribet, sampai-sampai resletingnya bergeser ke samping. Tapi tak apalah, namanya juga belajar pakai rok lagi setelah sekian lama tidak memakai rok.
Tibalah saatnya aku menginjakkan kakiku di SD Sidorejo Lor 5, tempat dimana aku harus mengobservasi subjek. Aku bersama dosen dan temanku berjalan menuju ke ruang kelas 3. Lalu aku bertemu dan berkenalan dengan guru kelasnya, beliau bernama ibu Wardati. Aku melemparkan senyum kearahnya, dan ternyata kedatangan kami disambut dengan baik oleh ibu Wardati. Aku melihat suasana di kelas itu tidak begitu ramai. Mungkin karena kedatangan kami, anak-anak menjadi sedikit menjaga image mereka. Ibu Wardati kemudian mencarikan tempat duduk untukku dan temanku yang kebetulan juga mendapatkan tugas menjadi observer disana. Temanku ini bernama kak Herlina. Setelah mendapatkan tempat duduk, aku mulai membuka map merah yang aku bawa dan memulai tugasku sebagai seorang observer. Sebelumnya aku sudah diberitahu oleh dosenku terlebih dahulu mengenai “sasaran” observasi kami. Anak itu berinisial HDS. Dia seorang anak laki-laki berbadan gendut, kulit sawo matang, rambutnya tebal, matanya bulat ( ya iyalah, masa’ matanya kotak. hehe…) dan yang bikin aku tertarik adalah gigi kelincinya yang lucu. Disana aku juga berkenalan dengan anak-anak yang lainnya. Mereka semua memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri. Inilah profil-profil mereka :
ELA
Menurutku dia gadis cilik yang cantik dan lucu. Bocah berkulit putih ini sukanya guyon
sendiri dengan teman sebangkunya sehingga terkadang pekerjaannya agak sedikit
tertinggal dibandingkan teman-teman yang lainnya. Dia sering membawa tupperware
warna ungu yang berisi bekal makanan, lengkap dengan alat makan dan tasnya.
KEVIN
Seorang bocah cilik yang ceriwis, berambut keriting dan berkulit coklat. Setiap mengerjakan tugas, tangannya tidak bisa diam. Ia selalu menabuh meja menggunakan bolpoint sambil menyanyikan beberapa lagu band terkenal yang sering muncul di TV. Suatu saat aku dekati dia, kemudian aku tegur supaya jangan berisik. Dengan polosnya Kevin menjawab : ”Bu, aku tuh pengen jadi anak band terkenal!” Okelah kalo begitu…
ILHAM
Sepertinya banyak anak perempuan dikelas itu yang simpatik dengannya. Selain pintar, Ilham juga mudah bergaul. Ia selalu membuat suasana menjadi gembira. Disaat Ilham berulang tahun, anak-anak meminta tolong kepadaku untuk membuatkan kartu ucapan ulang tahun. Hampir setiap kali ketika Ilham mencocokan pekerjaannya dan ternyata jawabannya benar, Ilham selalu mengucapkan kata-kata : ”betul…betul…betul!” versi Ipin Upin.
DEVI
Seorang anak perempuan berambut keriting berwarna kemerahan. Dia termasuk anak yang pendiam. Hampir setiap istirahat, ia selalu membawakan permen untukku. Thank’s ya…
NANDA
Ia seorang gadis cilik yang lincah, berwajah manis, berambut panjang, dan cerewet. Ia selalu memakai asesoris bernuansa pink. Dari tasnya, tempat pensil, bando, jepit, dan lainnya hampir semua berwarna pink.
LINA
Seorang anak perempuan yang bisa dibilang suka dandan. Anting-antingnya itu loh, gede banget. Ia senang memadukan warna seragamnya dengan bando yang dipakainya. Disaat seragamnya biru, bandonya pasti biru. Ketika seragamnya pink, bandonya juga pink. Begitu juga disaat memakai seragam pramuka, bandonya pasti coklat. Sepertinya Lina ingin mengenal dan lebih dekat dengan para observer, sehingga ia meminta no. HP kami masing-masing. Hampir setiap pulang sekolah, Lina pasti sms aku. Ketika aku tidak bertugas di SD, Lina pasti sms : ”Bu, tadi ko nggak datang? Besok datang yah!”
Hingga suatu saat aku pernah tampil beda. Rambutku yang biasanya dicepol, hari itu cuma aku kuncir aja. Jadi rambutku terlihat panjang. Kemudian sorenya Lina sms aku : ”Bu, besok dikucir lagi ya rambutnya, cantik kok!” wuah segitunya... oke deh makasih ya buat saran dan pujiannya.
TIO
Seorang anak laki-laki berbadan kecil, berkulit coklat. Aku senang melihat senyumannya, dia itu imut banget. Tio merupakan siswa baru di kelas itu yang berasal dari sebuah panti asuhan. Tak heran jika dia sering digodain dan diejek temannya. Hingga suatu saat terjadilah sebuah pertengkaran hebat antara Tio dengan temannya. (sebenarnya sih bukan pertengkaran hebat, cuma penulisnya aja yang lebay! ;p) makhlumlah masih anak-anak. Kemudian ada beberapa anak mendatangi aku sambil berkata :”Bu, Tio nangis Bu...Tio gelut (dibaca : bertengkar) sama temennya. Ayo Bu, atasi Bu!”
Aku geli ketika mendengar kata-kata :”Ayo Bu, atasi Bu!” aku jadi merasa seperti kepala suku yang harus menolong anak buahnya ketika mereka bertengkar. Kadang aku juga tidak enak dengan warga sekolah lainnya karena aku tidak mempunyai hak sepenuhnya atas murid-murid disitu. Dengan segala keberanian yang ada, berlandaskan ilmu Agama dan PPkn-ku yang nggak seberapa itu aku mencoba melerai dan menasehati mereka satu per satu. Disitu terjadi pro dan kontra dari kedua belah pihak. Akhirnya masalah itu bisa teratasi, dan mereka bisa baikan lagi.
RHEHAN
Teman-temannya sudah memberikan julukan buat Rhehan yaitu precil yang artinya kecil. Memang, kalau dilihat dari postur tubuhnya Rhehan termasuk anak yang mini. Dia juga sedikit nakal, aku sering menegurnya agar bisa diam dan duduk dengan tenang.
ALFIAN
Nah kalau yang ini nih bisa dibilang premannya kelas 3. sebenernya dia cakep, tapi nakalnya itu loh nggak ketulungan. Bu Wardati pernah berkata kalau lirikan Alfian itu seperti lirikannya anak nakal, kesannya kayak menantang gitu.
RIAN
Dia termasuk anak laki-laki yang postur tubuhnya paling tinggi sendiri. Secara, dia pernah tinggal kelas. Kalau tidak salah, sekarang dia sudah berumur 12 tahun sedangkan teman-temannya kurang lebih masih berumur 9 tahun. Dia anak yang bandel, nakal, dan jahil. Aku pernah menjadi sasaran kejahilannya. Suatu hari disaat aku sedang memeriksa pekerjaan anak-anak, tiba-tiba aku hampir terjatuh ketika berjalan melewati tempat duduknya. Rian tertawa ngakak, ternyata ia mencoba menjegal aku dengan kakinya yang panjang itu. Untung aja aku nggak terjatuh, mau ditaruh dimana mukaku? Aku sedikit geram dan mencoba untuk mengontrol emosiku. Aku tidak bisa tinggal diam, aku ingin memberikan sedikit pelajaran buat dia. Lalu aku sengaja melewati tempat duduknya lagi untuk membalaskan dendamku. (tidak untuk ditiru). Ketika aku melangkah mendekati tempat duduknya, aku mengambil ancang-ancang sekuat tenaga untuk mengayunkan kaki dan... Auuuuwwww!!! Terdengar jeritan Rian yang sedang kesakitan. Aku hanya menoleh ke belakang sambil memberikan senyum kemenangan. ^_^
AYA
Seorang gadis kecil yang benar-benar kecil dan centil. Ia suka sekali jalan-jalan ketika guru sedang menerangkan pelajaran. Karena tidak bisa duduk dengan tenang, Ibu guru pernah menyita tempat duduknya sehingga dengan terpaksa Aya harus mengikuti pelajaran dengan cara tetap berdiri di tempat tanpa beralaskan kursi.
ALDO
Anak laki-laki berkulit hitam dan berambut keriting ini senang sekali becanda dengan teman-temannya. Suatu hari Aldo memakai kaos dalam terbalik. Lalu aku dekati dia, dan aku tegur : "Aldo, kok kaos dalammu terbalik sih? Sana, dibenerin dulu di kamar mandi". Lalu Aldo pun menjawab :"Iya Bu, sekarang aku mau ke kamar mandi dulu. soalnya kata orang kalau kaos dalamnya kebalik, kan sama aja doain orang tua cepet mati kan Bu?" Kemudian aku mengrenyitkan dahi sambil berpikir, anak ini dapet teori itu darimana yah? Ah, sudahlah...
HDS (nama disamarkan)
Anak ini adalah tokoh utama, karena mau nggak mau aku harus melihat dan mencatat segala aktivitas yang dilakukannya. Secara, dia merupakan subyek observasi kami. Sebenarnya dia pintar, tapi kurang bisa memperhatikan dan tidak fokus pada satu hal tertentu. Hal ini menyebabkan nilai-nilainya kurang memuaskan. Ia tipe anak yang mudah terpengaruh dan terpancing emosinya ketika teman-temannya mulai mengganggunya. Ia selalu marah ketika dipanggil dengan sebutan "gemblong" (dibaca: gendut) oleh teman-temannya. Suatu saat aku pernah menegurnya karena dia tidak bisa duduk dengan semestinya, "Dimana tempat dudukmu? ayo duduk yang bener!". "Ya Bu!" sahutnya meyakinkanku. Aku masih ragu, lalu aku bertanya lagi, "Bener nggak bohong? kalau kamu bohong hukumannya apa?" Lalu dia menjawab dengan semangat, "Push up 100 kali Bu!".
Yah, beginilah sedikit kisah tentang kepolosan, keluguan, dan kelucuan yang aku tangkap dari mereka. Terkadang aku sering naik pitam ketika mereka nakal dan sulit diatur. Namun sering kali aku juga merasa kangen ketika tidak bertemu dengan mereka lagi. Apalagi ketika mengingat disaat mereka baris-berbaris sebelum masuk kelas, satu per satu pasti selalu menjabat dan mencium tanganku secara bergantian. Mereka tampak menyayangi dan menghargaiku meskipun aku bukan guru mereka. Ada juga salah satu murid dari kelas itu (seorang anak perempuan) yang tiba-tiba saja memeluk aku sambil berkata : "Bu Maya...!". ya ampun, aku jadi terharu mendengar dirinya menyebut namaku dengan penuh manja dan antusias. (Kalau ini mah, aku nya yang kegeeran.hehe)
Sejak saat itu aku merasa mendapatkan keluarga baru di SD Sidorejo Lor 5 Salatiga, yang sebelumnya aku belum mengenal mereka sama sekali. Tak terkecuali ibu Wardati. Ibu yang sudah meniti karirnya sejak tahun 1983 sebagai pahlawan tanpa tanda jasa itu juga memberikan inspirasi buatku agar tetap sabar dalam menghadapi segala sesuatu dan tetap disiplin dalam belajar. Aku berbincang-bincang dengan ibu Wardati menggunakan bahasa jawa krama inggil. Sepertinya beliau nyaman dengan bahasa itu. Ibu Wardati sempat juga menceritakan anaknya yang ternyata sedang mengambil kuliah di Universitas Kristen Satya Wacana, jurusan Fisikom angkatan 2006.
By the way, sekarang tugasku menjadi seorang observer telah selesai, namun kenangan dan cintaku kepada mereka masih tetap ada dan tak pernah usai.

(Diperankan oleh model...karena foto-foto aslinya masih tersimpan di HP teman. Jadi harap maklum. ^_*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar