Minggu, 21 Oktober 2012

Jurnal seorang vegetarian

Hari ini adalah hari ke-17 dimana aku telah menjalankan diet vegetarian, lebih tepatnya lagi diet lacto ovo vegetarian. Hari demi hari aku lewati tanpa ayam, tanpa daging, tanpa ikan dan tanpa pacar. Hmm, kalo yang terakhir ini urusannya lain. 

Menjadi seorang vegetarian apalagi masih pemula, godaannya banyak. Apalagi ketika ada acara khusus yang mayoritas menunya mengandung bahan makanan hewani. Harus punya komitmen yang tinggi agar si tangan ini tidak menyendok lauk pauk yang “bernyawa” itu, kemudian harus tegas kepada diri sendiri untuk tetap setia menepatinya. Lama-kelamaan hal itu terkondisikan dengan sendirinya. Hingga pada satu titik aku menemukan bahwa berkomitmen itu ternyata tidak mudah. (Ini masih berkomitmen dengan makanan belum lagi kalau berkomitmen dengan pasangan). 

Niat menjadi vegetarian bukan semata-mata hanya untuk mengurangi lemak atau melangsingkan badan namun lebih kepada pengendalian diri. Aku sengaja menantang diriku ini untuk belajar mengolah emosi dan mengendalikan diri. Secara, dalam hal emosi aku masih berantakan. Aku mempunyai pemahaman sendiri, jika kita ingin dimampukan dalam mengatasi kesulitan besar, atau melakukan hal-hal besar, maka kita harus bisa mengatasi kesulitan, dan melakukan hal-hal yang dimulai dari skala kecil terlebih dahulu. Seperti sekarang ini, aku belajar untuk bisa mengendalikan diri serta melawan egoku dalam hal memilih dan mengkonsumsi makanan. Simpel kan? Dalam majalah Intisari edisi September 2012, juga dijelaskan bahwa menjadi vegetarian bisa membantu mengendalikan jiwa. Orang yang melakukannya cenderung menjadi sabar dan tidak agresif. Semoga saja pendapat ini benar.   

Aku nggak tahu akan sampai kapan aku menjadi vegetarian, bisa jadi cuma sampai besok atau mungkin setelah selesai menulis blog ini aku langsung pensiun dari vegetarian. Aku belum sepenuhnya yakin untuk menjadi vegetarian sejati, namun sebisa mungkin aku akan mencobanya. Sebisa mungkin. 

Kecuali ketika aku benar-benar lupa. 



Tahu Gimbal bikinan D' Pawon - Jogya



My Dream's (part 4)

  1. Pengen jadi Duta Wisata / Roro Purworejo
  2. Pengen belajar ilmu bela diri di sebuah perguruan pencak silat
  3. Pengen sekolah perhotelan jurusan pastry bakery
  4. Pengen nulis cerita fiksi (novel)
  5. Pengen punya kebun sayur dan buah-buahan di samping rumah
  6. Pengen buka restoran dengan menu vegetarian
  7. Pengen jadi seorang comic di stand up comedy Indonesia
  8. Pengen ketemu Raditya Dika (lagi)
Daftar mimpiku kali ini termasuk mimpi yang tidak biasa. Hampir 80% tidak mungkin, namun aku masih mempunyai 20% untuk mengubahnya menjadi mungkin. :)

Jangan Mati Sebelum Mati


Apa itu kematian? Apakah ada kehidupan selanjutnya setelah mati? Apakah mereka yang sudah mati bisa melihat kita yang masih hidup? Apakah disana ada surga dan neraka?

Kematian…
Mungkin kita sering mengesampingkan hal ini untuk tidak terlalu dipikirkan.  Kebanyakan dari kita lebih sering membicarakan tentang hal-hal yang hidup dan sesuatu yang menghidupi kita yaitu uang. Sebagian waktu kita habis untuk bekerja mencari uang, untuk belajar giat supaya bisa lulus, kerja, dan akhirnya mendapatkan uang. Kita terlalu fokus kepada uang dan hal-hal duniawi. Mungkin dari kita hanya ada beberapa orang yang mulai memikirkan kematian jika mereka sudah mulai tua, ketika mereka jatuh sakit, ketika mereka sedang ada masalah besar dan tidak menemukan solusinya. Rasanya ingin mati saja. Tanpa kita sadari, kita semua sedang berjalan menuju hari kematian kita masing-masing. Semakin bertambahnya umur, kontrak kita di dunia ini juga semakin berkurang. Kita semua pasti akan mati, namun tak satupun dari kita yang mengetahui kapan kita akan mati. “Badan ini dipinjamkan. Setiap tarikan napas, adalah satu tarikan napas lagi mendekati kematian. Kita harus ngebuat lebih banyak karya, lebih banyak menikmati hidup, lebih banyak mengambil kesempatan. Hidup ini cuman sekali. Akan sangat sayang untuk kita buang begitu aja. I have to enjoy life.” Kata seorang penulis yang saat ini sedang aku kagumi.

Bagaimanakah jika hari esok itu adalah hari kematianmu? Apakah kamu akan melakukan kebaikan-kebaikan sebelum ajal menjemputmu? Ataukah kamu akan bekerja sebaik-baiknya di setiap pekerjaanmu? Apakah kamu akan meminta maaf dan memaafkan orang lain yang pernah menyakitimu? Ataukah kamu akan mengumpulkan seluruh kerabatmu dan merayakan hari terakhirmu bersama mereka? Mungkin akan terlihat sangat mengharukan.
Anggaplah setiap harimu itu adalah hari terakhirmu hidup di dunia ini sehingga semuanya akan terlihat istimewa. 

Ketika ayahku meninggal 3 tahun yang lalu, aku sempat tidak percaya karena beberapa jam sebelumnya beliau masih berkomunikasi denganku lewat telepon genggam.
Ketika pakdheku meninggal, aku sempat tidak percaya karena malam hari sebelum meninggal beliau masih sempat berkumpul bersama keluarga besar di kediamanku.
Ketika tetanggaku meninggal, aku sempat tidak percaya karena baru kemarin aku menjenguk beliau di rumah sakit dan kami sempat mengobrol disana.

Ternyata, kematian seseorang itu adalah sebuah misteri. Kita tidak tahu kapan giliran kita dipanggil olehNya.
Kalau disuruh milih, pasti kita semua ingin mati dengan anggun. Mati di tempat tidur yang hangat, tanpa rasa sakit, dan tidak merepotkan orang lain. But, who know’s?

Disaat kita mati, hanya ada satu hal yang akan diingat oleh orang lain, yaitu hal-hal yang pernah kita perbuat kepada mereka. Entah itu hal baik atau hal buruk. Sekarang tergantung kitanya, ingin dikenal sebagai seorang yang baik atau seorang yang buruk?

Dan aku yakin suatu hari nanti aku pasti akan mati, dan sebelum aku benar-benar mati aku ingin membuat “sesuatu” yang tidak akan pernah mati…apapun itu. Sesuatu yang akan selalu hidup dan terus melekat di hati.

Jangan mati sebelum mati
Buatlah hidupmu berarti
Hidup yang berarti adalah hidup yang dinikmati tanpa ketakutan, kebencian, dan kesedihan.
Ayo, bangkit dan hidup!

Cowo Matre ke Laut Aje…


Aku heran dengan sebuah lirik lagu yang bunyinya : cewe matre, cewe matre, ke laut aje…
Hellowww,, emang cewe doang yang doyan matre? Cowo-cowo juga ada yang matre kale… Lebih parah malah. Seriusan.

Ini adalah secuil kisah tentang cewe biasa yang sedang mencoba-coba menjadi cewe matre. Namun ia telah gagal dengan sukses! Kalian tahu kenapa? karena sang target alias si cowo yang telah menjadi pacarnya itu ternyata lebih matre! Kasian yah dia, sungguh malang nasibnya. Untung bukan aku yang ngalamin kenyataan pahit seperti ini. Beneran, untung bukan aku.

Berikut ini adalah hasil wawancara langsung dari tim reporter dengan si cewe matre. 

Reporter            : Hallo mba, selamat pagi

Cewe matre       : pagi

Reporter            : saya ikut sedih mba atas kejadian malang yang baru saja mba alami

Cewe matre    : kejadian yang mana yah mba? (perlu diketahui bahwa si cewe matre ini memang sedikit lemot)

Reporter      : halah, kejadian yang seumur-umur baru mba temui dalam kehidupan perpacaran itu loh mba… kan mba pernah curhat sama saya. Makanya saya tertarik untuk mengupas berita ini secara mendalam, agar nantinya bisa saya masukan ke sebuah blog ababil dengan judul : Cowok Matre ke Laut Aje…. Gimana mba, mau kan saya wawancarai? Tenang aja ada tip nya kok. 

Hening

Reporter            : Hmm, Katanya matre? Mana jiwa ke-matre-anmu? Tunjukkin dong… 

Cewe matre    :  Oww, hahahaha… Iya-iya saya ingat sekarang! Ya udah saya mau deh mba… tapi inget, nama saya harus disamarkan loh yah… saya kan malu. Ini aib mba bukan prestasi.   

Reporter         : Iya..iya..beres deh, bisa diatur. Ya udah, sekarang saatnya mba cerita tentang perjalanan cinta mba dengan si cowo yang katanya matre itu yah. Oke, Siap? ini tape recordernya udah saya nyalain.  

1..2..3.. CLICK!

Begini mba, ini merupakan pengalaman pacaran saya yang paling absurb sedunia, yaitu punya pacar matre nan komersil udah gitu pelit pula. Salah saya juga sih terlalu cepat untuk meng-iya-kan serangan  “kamu mau nggak jadi pacarku?” yang tiba-tiba dia ungkapkan kala itu. Tapi memang bener juga yah, kalau dari awal niat pacarannya hanya untuk tujuan yang nggak baik pasti hasilnya jadi nggak diridho’i sama Yang di Atas.
Proses pedekate kami cukup singkat, dan mungkin saat itu saya hanya mengalami emosi sesaat. Dimana sudah merasa menjadi jomblo lapuk eh tiba-tiba ada yang nembak, tajir pula. Tanpa berpikir panjang, akhirnya saya mencoba meninggalkan masa lajang. Sumpah, ternyata nggak semanis yang saya pikirkan. Kalau narkoba itu nggak dilarang, pasti saya udah OD tiap hari buat ngilangin stress. Jujur sejujur-jujurnya saya nggak tahan dengan pacar yang satu ini. Mengingat pacar-pacar saya yang sebelumnya, orangnya amat sangat dermawan, nah giliran pacaran sama yang ini, walah mba…mba… hampir semua obrolan disangkut pautkan sama yang namanya angka. Kalau disuruh milih, masih mending dengerin pelajaran matematika deh, daripada dengerin dia ngomong. 

1.     Pas lagi ketemuan, saya mengeluarkan HP yang unyu2 dan terlihat mahal (cuma kelihatannya aja yang mahal),saat itu saya lagi mau sms teman. Tiba-tiba dia bilang “Wah HP kamu lucu yah, berapa duit belinya?” Saat itu respon saya biasa-biasa saja dan saya jawab apa adanya, saya masih belum menyadari bahwa pacar saya ini termasuk orang berbahaya yang harus segera dimusnahkan dari muka bumi ini. 

2.      Pas lagi nonton film di bioskop, dia yang bayarin tiketnya. Sutra lah…orang dia yang ngajakin. Tiba-tiba dia nawarin saya, “Mau pop corn nggak?” kedengarannya merdu sekali. 5 detik kemudian nadanya berubah menjadi sumbang : ”Nggak usah aja yah, ngirit!”

3.      Lalu pas selesai nonton dia ngajakin saya makan malem bareng. Sayanya udah ke GR an aja, kirain mau diajak ke restorant terkenal, atau café2 romantis yang full music, eh nggak tahunya dia menawarkan option tempat makan yang nggak saya sangka sama sekali. Tahu nggak dimana? di WARTEG alias WARUNG TEGAL. Wkwkwkwk. Saat itu saya bingung harus ketawa sekencang2nya atau nangis sekeras2nya. Sungguh ironis. Seorang anak orang “the have” yang bisa dibilang selalu tercukupi kebutuhannya, bisa2nya nraktir gebetannya di warung tegal. Nggak keren banget ah. Dia lagi ngetes saya atau gimana sih? Kalau ini ibarat ajang pemilihan jodoh seperti di Casanova, pasti saya adalah peserta pertama yang langsung mengundurkan diri. Saya jadi ragu, jangan2 sebelumnya dia nggak pernah kencan ma cewek kali yah, masa nggak punya inisiatif sedikitpun untuk memberikan servis terbaik untuk gebetannya? Apalagi untuk seorang cewek macam saya ini? maksud saya cewe yang doyan makan gini, paling enggak asupan gizinya harus tercukupilah dan hatinya harus selalu senang. 

4.    Pas lagi jalan-jalan saya punya inisiatif buat traktir dia makan, kebetulan saya barusan dapet rejeki. Selesai makan dia tanya, “Tadi makannya habis berapa semuanya? Ayamnya tadi harganya berapa? Kalau es teh nya berapa?” Sepertinya sepele sih, tapi nggak tahu juga yah kedengarannya agak risih aja di kuping. 

5.    Lalu suatu hari dia pernah curhat tentang kaos kakinya yang hilang di laundry. Dia bilang kaos kakinya itu bermerek dan harganya sekitar 20rb sepasang. Padahal yang ilang 2 pasang, “Yah, berarti aku rugi 40rb dong” kata dia penuh sesal. Mendengar hal itu, perut saya langsung bergejolak, ingin hati muntah di depannya. Tapi niat itu saya urungkan, kuatir aja tiba-tiba dia bilang : “Waduhh, kamu ini apa-apaan sih muntah di depanku. Sepatuku jadi kotor tauk. Kamu tahu nggak harga sepatu-limited-edition-ku ini berapa? Buat beli sepatumu palingan bisa dapet selusin!” 

6.     Dia juga cerita kalau dia itu keturunan bangsawan, katanya masih ada keturunan ningrat. Hello, please deh, saya aja yang sejak lahir udah dapet gelar Raden Roro rasanya biasa aja tuh. Terbeban malah, karena secara nggak langsung kita harus bisa menjaga sikap, bertutur kata yang baik, memegang prinsip, bisa membawa diri, dan tetap berwibawa. Untuk melakukan semua itu nggak gampang Sob. Eh, dianya malah enteng banget ngomong gitu, nggak ngaca kelakuannya kayak apa. Sorry, jadi sedikit emosi. Lanjut. 

7.      Kemudian pernah dia lihat ada mobil yang di parkir di kos-kosanku, kebetulan sama dengan mobil nyokapnya, avanza punya. Dia bilang kirain itu mobil punya nyokapnya eh ternyata bukan, karena plat nomornya beda. So what? Terus gue harus bilang “WOW” gitu? Sambil koprol gitu? Jelas-jelas bukan, eh masih aja dibahas. Semakin nggak simpatik.

8.     Terus pernah juga dia tanya tentang hal yang agak pribadi, dia tanya tentang jumlah honor yang saya dapat dari kerja sambilan. Penting ya? Ketika saya nggak mau kasih tahu, dia bilang, “Ih masa sama pacarnya sendiri nggak mau kasih tahu sih? Ayolah, kasih tahu lah…” sambil memohon-mohon. Jijik nggak sih? Kalau di film kartun, kepala saya pasti udah muncul tanduknya.

9.     Terus pernah suatu hari dia menanyakan bisnis orangtua saya. Apakah masih berjalan atau enggak. Ehmm, maksudnya apa coba tanya2 gitu?  Mungkin mau nglamar jadi pembantu kali ya?

10.  Pernah juga tak beliin ice cream Magnum, sempet2nya dia tanya harganya berapa? Udah jelas2 kalau harganya 10rb, nenek gaul aja juga tahu. Eh masih aja nanya. Padahal dia juga pernah cerita kalau kapan hari barusan beli magnum. Apa dia nggak inget yah kalau pernah cerita gitu ke saya? Saya cuma jawab : “Hayo tebak, harganya berapa hayo?” Nada bicaraku lebih mirip kayak ngobrol sama anak TK ingusan. Sambil menghela nafas menahan emosi. Eh, tahu2 dia bisa jawab : “10rb!” Trus aku bilang : “Ich, kamu pinter deh!” Lama-lama saya merasa seperti orang tolol. Udah nggak cocok, masih aja dicocok-cocokin. Saya rasa hubungan kami sudah mulai nggak sehat karena penuh dengan kemunafikan, nggak apa adanya, dan basa basi. Sampai akhirnya jadi basi banget.

11.  Terus dia juga pernah ngecek isi dompet saya, tapi nggak sampe ngitung uang saya sih, dia cuma nemu struk ATM saya, trus dia melihat saldonya, “Haah uangmu tinggal segini? Emang buat beli apa aja?” kata dia penuh kaget. Biasa aja deh mas mukanya, kata saya dalam hati. Jujur, saat itu saya bingung mau jawab apa, orang uang saya setiap harinya juga memang segitu thok, pas-pasan aja. Mungkin dia kecewa kali ya karena ekspektasinya selama ini meleset. 

12. Terus pernah suatu hari dia bilang kalau lagi seneng banget melihara binatang, antara lain burung kutilang. Dia bilang ke saya: “Mau nggak patungan buat beli burung lagi?” What?!!!Apah!!!! Buat beli burung, aku harus patungan? Apa-apaan coba? NO!NO!NO! TIDAK BISA! Saya akhirnya bisa menjawab tegas.  


Dari pengalaman ini saya bisa mengambil hikmahnya yaitu : Punya pacar anak orang kaya itu nggak menjamin hidup kita menjadi bahagia. Yang ada saya malah jadi stress! Stress tingkat dewanya dewa. Dan akhirnya hubungan kami hanya bertahan 2 bulan. Bisa bertahan 2 bulan aja udah termasuk hebat banget coyy. (2 bulan serasa 2 abad…luamaa bangett).  
Ternyata survey membuktikan bahwa saya tidak berbakat menjadi cewek matre, yang ada pacar saya jauh lebih matre. Akhirnya saya berniat untuk kembali ke jalan yang benar. Gitu mba reporter… kasian ya saya ini.

Reporter              : wah, seru juga yah pengalaman mba… Btw, ada rencana mau balikan lagi nggak nih? 

Cewe Matre       : Balikan lagi? Oww, tentu...  TENTU TIDAK! Mending saya ke laut aje deh mba daripada harus balikan lagi sama dia. 

Nah, demikianlah pengakuan si cewe matre bernasib malang pada episode kali ini. Kasian bener ya, pasti dirinya sangat terpukul menerima kenyataan ini. Sebagai penulis yang memiliki jiwa empati yang tinggi, aku juga ikutan sedih loh sampai-sampai aku bisa merasakan apa yang sedang dirasakan si cewe matre itu. 

Hmm, kenapa aku tiba-tiba jadi peduli kayak gini ya? 

Emang masalah buat gue?




Senin, 08 Oktober 2012

Lacto Ovo Vegetarian

Kira-kira apakah ada keterkaitan antara novel perahu kertas, acara sekolah minggu, dosen favorit, dan berkunjung ke rumah pakdhe?

Sepertinya tidak. 

Namun, bagiku ternyata iya. Aku bilang keempat hal tersebut saling berkaitan dalam mengubah mindsetku terhadap pola makanku selama ini. 

Berawal dari ketertarikanku dengan sebuah novel yang berjudul Perahu Kertas karya Dewi Lestari. Isinya sangat kaya akan seni, cinta kasih, persahabatan, dan kesetiaan. Aku sampai bertanya-tanya dalam hati, kok bisa yah penulisnya bikin cerita se-keren & se-unik ini? kira-kira makanannya apa yah? Kedengarannya agak nggak nyambung sih, memang. Karena penasaran, kemudian aku search di google dengan kata kunci Dewi Lestari, setelah itu aku baca profilnya, terus ujung-ujungnya aku dapet deh alamat blognya. Aku baca tulisan-tulisan Dewi disitu. Wow, inspiring banget! Dan akhirnya aku menemukan fakta bahwa ia adalah seorang vegetarian!  

Minggu lalu, di gerejaku ada acara pembinaan guru sekolah minggu. Kebetulan dalam kepanitiaan, aku menjadi seksi konsumsinya. Ada salah satu kakak sekolah mingguku bertanya kepadaku tentang menu yang akan disajikan pada hari H nya. Aku jawab aja kalau menunya ayam goreng tepung. Ternyata dia memberikan pernyataan bahwa dia nggak bisa makan ayam, bukan karena dia alergi ayam melainkan karena dia adalah seorang vegetarian! 

Di fakultas psikologi, aku mempunyai dosen favorit.  Sebut saja Mr. A. Pembawaannya yang tenang dan ramah membuatku semakin mengaguminya. Hampir setiap pagi beliau selalu sarapan pagi di warung burjo belakang kampus. Kenapa nggak di warung makan yang lainnya saja? tentunya akan lebih banyak variasi makanan disana. Ternyata kebiasaan Mr. A mengkonsumsi bubur kacang ijo tak lain dan tak bukan karena beliau adalah seorang vegetarian!

Ditambah lagi, 1 bulan yang lalu aku berkunjung ke rumah pakdhe yang ada di Jogya. Kebetulan pakdheku ini juga seorang vegetarian! Aku salut karena beliau sangat hati-hati dalam menjaga kesehatannya. 

Wah kenapa yah akhir-akhir ini aku merasa akrab banget sama yang namanya “vegetarian”?
Karena penasaran, aku langsung cari tahu informasi tentang vegetarian. Ternyata vegetarian ada banyak jenisnya, teman-teman bisa membacanya disini. 

Setelah dipikir-pikir dan tanpa bermaksud untuk ikut-ikutan, akhirnya aku memilih untuk mencoba menjadi seorang Lacto Ovo Vegetarian.  Hal ini aku lakukan atas nama kesehatan. Tipe diet vegetarian jenis ini merupakan jenis yang paling aman karena kebutuhan protein tubuh, yaitu asam amino esensial bisa diperoleh dari telur, susu, dan turunan produk susu. Jadi meskipun tidak mengkonsumsi daging-dagingan, diet ini masih boleh mengkonsumsi telur dan susu. Setelah membaca dari beberapa sumber, ada banyak manfaat menjadi vegetarian, antara lain dapat mengurangi resiko kolesterol tinggi, jantung koroner, asam urat, hipertensi, diabetes, dan kanker. Penyakit-penyakit ini biasanya dipicu oleh pola makan tinggi lemak hewani.


Menjadi vegetarian itu butuh proses
Pengalaman pertama menerapkan hal ini masih terasa canggung dan aneh, mungkin karena belum terbiasa. Seperti halnya ketika sedang memesan Cap Cay.

Aku yang dulu : “Pak, ayamnya yang banyak yah!”

Aku yang sekarang :”Pak, capcaynya nggak usah pake ayam, bakso, sama sosis ya Pak. Pokoknya sayuran aja”.  

Kedengarannya konyol sekali dan sok-sokan banget! Hahaha. Sok kuat nggak makan ayam padahal ayam termasuk makanan favoritku sejak kecil. 

Pernah juga ketika sedang membeli lutis buah, aku pesan supaya bumbunya jangan pake terasi. Disitu ada banyak bumbu lutis yang udah dikemas di dalam plastik, tinggal ambil aja biar cepet. Namun berhubung bumbunya mengandung terasi semua, jadi bapaknya berbaik hati untuk membuatkannya kembali, tanpa terasi. Special for me… Thankyu Pak! :)

Sekedar kilas balik aja, dulu sewaktu aku masih kecil aku paling anti terhadap sayuran. Kalau makan sayuran pasti langsung muntah. Orangtuaku dan pembantu di rumah sering menyiasatinya dengan menyembunyikan sayuran itu didalam nasi ketika akan nyuapin aku. Meskipun akunya nggak tahu, namun lidahku sangat tahu. Langsung aja deh reflek, makanannya aku lepeh semua. Sayang kan… ?
Udah agak besar dikit, aku sering dimarahin orang tua karena tetep nggak mau makan sayur. Untung aku suka minum susu jadi asupan vitaminnya bisa sedikit tertolong. Orangtuaku pernah bilang bahwa aku harus bisa belajar makan sayur. “Bagaimana nantinya kalau kamu sedang bertamu di rumah orang, terus disuruh makan dan ternyata yang ada cuma sayuran aja? Mau nggak mau kamu harus makan sayuran itu. Kalau nggak mau makan, berarti kamu sama aja nggak menghargai mereka”. Kurang lebih seperti itulah nasehat dari orang tuaku. Waduh, tantangan besar buat aku nih. :(

Sedikit demi sedikit aku berusaha menunjukkan ke orangtuaku kalau aku mampu makan sayuran meskipun saat itu rasanya pengen muntah. Terutama kalau sama daun seledri. Huft… mau nelan aja rasanya susah banget. Mataku sampai berair, keringat dingin muncul seketika. Aneh ya. Aku sendiri juga heran.

Dewasa ini, aku sudah lumayan banyak mencoba mengkonsumsi berbagai jenis sayuran yang dulunya menjadi momok buat aku. Malahan sekarang sok-sokan pengen jadi Lacto Ovo Vegetarian. Ini masih tahap percobaan lho ya, belum sampai selamanya. Meskipun begitu, tetap ada niatan serius untuk bisa melanjutkannya. 

Kalender duduk yang terdapat di kamarku langsung aku beri tanda huruf “V” di setiap tanggalnya ketika aku berhasil melalui hari itu tanpa mengkonsumsi makanan yang bernyawa alias daging-dagingan. Rasanya puas banget ketika bisa mengendalikan diri sendiri, ketika bisa menerima dan mengikhlaskan bahwa menu yang ada di piring saat ini, tampilannya tak seperti dulu lagi. Secara tidak langsung, aku juga bisa belajar lebih menghargai dan mensyukuri apa yang aku makan.

Di sisi lain, ada perasaan seneng ketika bisa membantu mengurangi pemanasan global yang meresahkan penduduk bumi. Menurut sumber terpercaya, industri peternakan menjadi salah satu penyebab pemanasan global di bumi dan juga menyumbang polusi yang cukup banyak, khususnya polusi udara. Selain pemanasan dan polusi yang dihasilkan dalam industri, polusi juga dihasilkan dari proses pembuatan makanan bagi hewan.
Logikanya, jika orang-orang di dunia ini mengkonsumsi banyak daging-dagingan, maka nilai permintaan pun akan semakin banyak, hal itu berimbas kepada nilai produksinya yang secara otomatis akan semakin banyak pula. Nah kalau tingkat produksinya semakin banyak maka pemanasan dan polusinya pun akan semakin luas. 

Terlepas dari hal itu, aku juga ingin menyinggung sedikit tentang maraknya penggunaan kantong plastik yang sering kita temui di pasar dan supermarket. Hal ini juga dapat memicu pemanasan global. Dibutuhkan waktu bertahun-tahun untuk melenyapkan plastik-plastik yang penggunaannya sudah overload itu. Untuk meminimalisir global warming, setiap belanja di pasar, kita tidak perlu meminta plastik kepada si penjual tetapi kita bisa membawanya dengan menggunakan tas yang sudah dipersiapkan dari rumah. Jika barangnya sedikit, mungkin kita bisa langsung membawanya dengan tangan. Itu akan jauh lebih baik.

Intinya, setiap orang pasti mempunyai cara tersendiri untuk menyelamatkan dirinya dan  juga buminya. Begitu pula denganku.


Bagaimana denganmu? :)