Senin, 15 November 2010

Maiya Punya Cerita

Galuh Maya Stephani, adalah nama yang indah yang pernah diberikan ayah & ibuku untuk menyambut kelahiranku. Puji Tuhan sampai sekarang namaku belum juga berubah menjadi Maya Ahmad apalagi Maya Gutawa. Kecuali kalo suamiku kelak bernama Ahmad Dhani atau Erwin Gutawa. Hehe, nggak mungkin banget! Aku lahir dengan selamat pada tanggal 31 Juli 1988 tepatnya pada hari Minggu Kliwon jam 7 malam di tangan seorang bidan bernama Bu Jundi. Kelahiranku ini tidak segampang kelahiran kakakku. Ibuku hampir kehilangan nyawanya karena proses kelahiranku mengalami kalung usus. Kata orang Jawa, kalau bayi lahir kalung usus itu pasti anaknya ”luwes”, entah itu benar atau tidak, aku sendiri tidak begitu mempersoalkannya. Tak sedikit keringat, darah, dan tenaga yang ibu keluarkan demi mendengarkan tangisan pertamaku di dunia ini. Ketika aku masih berada di dalam rahim, ibuku sempat ngidam sulak alias kemoceng yang terbuat dari tali rafia. Pantesan aja ketika aku udah besar, rambutku lebat banget seperti pake wig (rambut palsu)!

Pernah ada pengalaman buruk ketika aku kecil, aku diajak ibuku pergi arisan. Tak sedikit dari teman-teman ibuku yang selalu menjambak rambutku. Mungkin mereka gemes, karena aku gendut dan rambutku juga gendut.

Ngomong-ngomong, namaku ini punya filosofi lho. Penasaran atau tidak yang penting simak aja deh!

Galuh, artinya ratu, cahaya. Nama ini merupakan pemberian dari eyang kakungku, lebih tepatnya ayah dari ayahku. Beliau berharap agar kelak cucunya ini bisa menjadi ”pemimpin” yang bisa menerangi orang lain.

Maya, artinya semu atau tidak nyata. Namun ayahku mempunyai maksud tersendiri ketika memilih nama ini. Dulu ayahku mempunyai seorang keponakan. Kebetulan keponakan ayahku ini mempunyai sahabat dekat bernama Maya. Maya adalah sosok yang cantik dan ramah. Ayah dan ibuku menyukai anak itu, dan mereka berencana ketika suatu hari nanti punya anak perempuan, anak itu akan diberi nama Maya.

Stephani, nama ini diambil dari film luar negeri favorit ibuku yang berjudul Return to Eden. Ibuku menyukai peran si Stephani dalam film tersebut. Kata ibuku, Stephani adalah orang yang baik hati.


Semoga mereka tidak salah memberikan nama ini kepadaku, dan apa yang telah diharapkan dari nama ini kiranya bisa aku wujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Amin.


Aku berasal dari keluarga yang biasa-biasa saja, tidak kurang tidak lebih. Aku bersyukur memiliki orang tua sebaik mereka. Inilah profil-profil mereka.

Ayahku bernama R. Syatsam Hadi Banter. Ia seorang yang penyayang dan hampir tidak pernah marah. Namun sekali beliau marah, langsung deh mak jleb banget. Sifatnya yang pendiam ternyata diwariskan kepadaku. Beliau dibesarkan dari keluarga mantri dan bidan. Dari kecil, ayahku sudah menekuni dunia musik. Setelah beranjak dewasa, ayahku meniti karir di Jakarta diawali dengan menjadi seorang bartender di sebuah bar. Dulu penampilan ayahku cukup nyentrik. Rambutnya gondrong, celananya cut bray, beberapa kancing kemejanya selalu dibuka sampai pada bagian dada, (mungkin biar keliatan macho kali yah) dan tak lupa ayahku selalu memakai sepatu fantofel yang hak sepatunya manteb banget buat nginjek orang. :P

Dalam bermain musik, ayahku lebih cenderung menyukai permainan organ. Kemudian ayahku mencoba untuk bekerja sama dengan artis-artis dan penyanyi ibukota untuk menjadi pemain musik mereka. Ayahku pernah berbangga diri di depan anak-anaknya bahwa beliau pernah menjadi pemain film layar lebar. Ketika ditanya lebih lanjut, ternyata ayahku cuma berperan sebagai pemain figuran yang tugasnya hanya lalu lalang di depan kamera.

Ayahku juga berkata bahwa Ibu Diana Nasution, mamahnya Ello itu adalah salah satu kerabat dekat beliau di Jakarta. Wah, kenapa dulu ayahku nggak sekalian aja bikin perjanjian buat jodohin aku dengan Ello? Marcello Tahitoe adalah salah satu public figur yang aku kagumi. Selain berparas item manis, aku suka dengan suara dan gayanya yang khas. Sayang, dia sudah ada yang punya.:(


Suatu hari eyangku jatuh sakit. Hal ini memaksa ayahku untuk meninggalkan kota Jakarta demi menemani eyang di Purworejo. Saat itu eyang menginginkan agar ayahku tetap tinggal dan mencari kerja di Purworejo saja. Sebagai seorang anak yang berbakti akhirnya ayahku memenuhi keinginan eyang dan mulai mencari pekerjaan di kota kelahirannya itu. Hingga akhirnya ayahku ”nyasar” bekerja di B**N, yang notabene pekerjaan itu bertolak belakang dengan skill yang dimiliki oleh ayahku. Tapi syukurlah ayahku bisa beradaptasi dan bekerja dengan baik.

Lain halnya dengan kisah ibuku. Ibuku bernama Erna Suparingsih. Dimataku, ibuku adalah seorang pekerja keras yang selalu memberikan wejangan buat anak-anaknya untuk menjadi anak yang mandiri dan tetap dekat dengan Tuhan. Beliau berasal dari keluarga pendeta yang sederhana dan memiliki 11 saudara. Untuk melanjutkan sekolah, ibuku selalu berusaha agar mendapatkan beasiswa. Ibuku termasuk pribadi yang mandiri dan cerdas. Ibuku sudah terbiasa hidup prihatin dari kecil. Pada jaman kuliah, ibuku tak segan-segan berjualan baju dan seprei untuk menambah uang sakunya. Berkat kegigihan ibuku, beliau berhasil diterima dan bekerja di B*I.

Suatu hari ketika burung-burung berkicau, embun pun mulai memudar menyongsong terbitnya fajar. Saat itulah semesta alam mempertemukan (kembali) ayah dan ibuku di kota Jakarta. Padahal sebelumnya mereka sudah saling kenal di kota Purworejo. Setelah mengenal dan memahami lebih dalam, dengan berbekal restu dari orang tua akhirnya mereka saling mengucapkan janji suci pada tanggal 22 Desember 1985 di Gereja Kristen Jawa Purworejo. Kemudian pada tahun 1987 lahirlah kakak perempuanku yang bernama Eva Ratna Syari Rhosa. Rupanya, kakakku ini tidak kalah imut dari aku. (item mutlak maksudnya).

Waktu kecil aku termasuk anak yang tomboy. Aku lebih tertarik bermain pistol-pistolan (yang bisa bunyi dengan lampu warna warni) dan juga game boy (baik itu jenis tetris maupun perang-perangan) ketimbang bermain boneka yang bulunya kadang bikin aku batuk. Dulu aku hanya mempunyai satu buah boneka singa yang besarnya hampir sama seperti aku. Aku mendapatkan boneka itu tidak dengan cuma-cuma. Syarat dan ketentuan berlaku, yaitu aku harus mendapatkan ranking 1 di kelas.


Tokoh superhero favoritku adalah Ksatria Baja Hitam. Saking ngefansnya, aku pernah minta dibeliin oleh ayahku seperangkat kaset, stiker, dan poster edisi khusus Ksatria Baja Hitam. Setiap sore aku juga selalu nonton filmnya yang ditayangkan di RCTI. Suatu hari aku pernah menangis karena aku ketiduran, hal ini membuatku melewatkan aksi jagoanku itu. Aku sempat menyalahkan ayahku karena tidak membangunkan aku pada saat tayangan itu diputar di TV.


Kata Ayahku, aku termasuk anak kecil yang bisa bercerita secara runtut (detail). Hal itu bisa ditangkap ayahku ketika aku sedang memijit beliau. Dulu aku selalu memijit ayahku sambil bercerita mengenai kisah-kisah dongeng yang pernah aku baca sebelumnya dari majalah Bobo. Aku akan marah ketika ayahku tidak mendengarkan ceritaku. Di akhir cerita (sambil mijit), aku selalu memberikan beberapa pertanyaan buat ayahku mengenai nama-nama tokoh dan intisari dari cerita tersebut. Aku cuma ingin ngetes aja apakah ayahku bener-bener memahami ceritaku itu atau enggak. ;)


Maya kecil pernah bercita-cita untuk menjadi seorang perancang busana. Kebetulan salah satu hobiku adalah menggambar.


Ada beberapa gambar yang aku ciptakan, diantaranya adalah gambar desain baju mayoret. Meskipun seumur-umur aku belum pernah menjadi mayoret, tapi aku senang dengan hal-hal yang berhubungan dengan mayoret. Aku suka dengan asesorisnya, warna bajunya, dan model bajunya yang unik. Terkadang aku juga bermimpi untuk bisa menjadi seorang mayoret. Sampai-sampai aku pernah bilang kepada ayahku untuk dibeliin stick mayoret. Di jogya kami muter-muter, keluar masuk toko olahraga & alat musik hanya untuk berburu stick mayoret, sayangnya nggak dapet-dapet. Namun akhirnya keinginanku kesampaian juga karena kebetulan kakakku adalah mantan seorang mayoret dan aku bisa bermain stick-nya kapan saja dengan cuma-cuma.

Untuk mengasah bakat serta menumbuhkan rasa percaya diriku, orang tuaku tidak segan-segan mengikutkanku dalam berbagai pentas dan perlombaan, seperti menari, menyanyi, dan juga menggambar. Puji Tuhan aku berhasil membawa pulang beberapa penghargaan dari kompetisi tersebut.

Maya kecil akhirnya beranjak menjadi seorang gadis remaja yang lugu, pendiam dan pemalu. Sebenarnya aku sendiri kurang nyaman dengan karakter sifatku yang seperti itu. Saat itu aku sadar akan titik lemahku yang kurang bisa ngomong di depan banyak orang, aku juga cenderung diam jika tidak ada orang yang mendahului bertanya kepadaku. Tapi aku tidak menyerah begitu saja, aku berusaha dan berusaha untuk melawan rasa pemaluku ini dengan cara masuk ke dalam anggota PKS (Polisi Keamanan Sekolah) yang merupakan kegiatan ekstrakurikuler di SMPku. Selain belajar baris berbaris, rambu-rambu lalu lintas, dan cara menjadi PKS yang baik, disitu aku juga belajar bersosialisasi dengan teman sebayaku. Setelah sah menjadi anggota PKS, akhirnya kami para anggota PKS diberi kehormatan untuk memakai seragam PKS lengkap dengan atributnya sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan. Saat giliran tugasku tiba, aku merasa bangga ketika bisa mengatur jalannya lalu lintas dan membantu teman-teman menyeberang jalan. Dari situlah rasa percaya diriku mulai tumbuh.


Ketika aku duduk di bangku SMA, aku mencoba untuk mengasah talenta yang sudah Tuhan berikan ke aku dengan cara membuat formasi band baru bernama Bumper Band. Personilnya terdiri dari cewek-cewek manis, kecuali aku sendiri. Hehe... Kebetulan aku mendapat jobdesc sebagai vokalis, dan kadang sering tukeran posisi sebagai gitaris rhytm. Para personilnya berasal dari SMA yang berbeda-beda. Namun hal itu tidak menjadi penghalang buat kita untuk selalu tampil kompak dan tetap disiplin dalam latihan. Hingga akhirnya kami terpilih menjadi band pendamping untuk group band yang sudah tidak asing lagi seperti Seventeen dan Shaggy Dog. Kami juga pernah ikut serta dalam memeriahkan HUT kota Purworejo. Pada suatu hari kami mendapat undangan manggung di Gedung Wanita. Aku agak sedikit kaget karena audiencenya adalah anak-anak punk dimana style-nya gothic n pake baju item-item gitu. Mereka juga pake anting, tindik, tato, dan hal-hal yang bernuansa punk. Agak ngeri juga sih, tapi kita tetep mencoba untuk profesional. Kita juga sempat diwawancarai oleh beberapa wartawan. Alhasil, foto kita yang masih jadul n tampak cupu itu pernah dimuat di majalah Tren dan koran Purworejo Pos. (sombong dikit boleh ya, cuma dikit ko. Karena cuma ini yang bisa disombongin).

Tak ada gading yang tak retak, Tak ada manusia yang sempurna. Begitu juga denganku.

Simak 7 fact about Galuh Maya Stephani berikut ini!

1. Kalau lagi bosen n ga ada kerjaan, biasanya suka mainin rambut sendiri, kadang sering dicabut, atau nyariin rambut yang bercabang lalu dibelah jadi dua. Untung cadangan rambutku masih banyak, kalo enggak dah botak ni kepala. Istilah psikologinya adalah trichotillomania. Tapi nggak segitunya juga kali.
2. Kalau tidur suka ngiler.
3. Pernah operasi mata berkali-kali gara-gara bintitan.
4. Kurang tegas n nggak tegaan kalau sama orang. Hal ini justru membawa dampak yang kurang baik buat perkembanganku.
5. Waktu SMP pernah masuk BP berkali-kali gara-gara salah paham dengan kakak kelas.
6. Alergi pake asesoris imitasi yang terbuat dari logam, tembaga, besi, dan sejenisnya. Kalau dilanggar, pasti langsung gatel-gatel semua ni kulit.
7. Waktu SD pernah musuhan ma salah satu teman cowok di kelasku. Nggak tanggung-tanggung bisa bertahan sampai 2 tahun. Hanya karena temen cowokku itu tidak sengaja melempar bola ke arah mataku pada saat main kasti. Seger banget deh rasanya... Syukurlah, sekarang kami sudah baikan, malahan kalau ketemu sering malu-malu gitu. ;p

Sebenarnya nggak cuma 7 doang ketidaksempurnaan yang aku miliki. Lebih banyak dan banyak lagi. Yang jelas ketika terakhir ngecek, saya ini masih normal dan masih melakukan hal-hal yang wajar dan tidak melanggar norma-norma agama. ;p


Yupz, mungkin ini dulu yang bisa aku share-kan kepada teman-teman. Yang lagi deket ma aku atau yang sudah ada rencana buat PDKT ma aku wajib mikir-mikir dulu atas apa yang sudah tertulis diatas. Hehe. Tapi sekali lagi, saya ini masih pengen jadi orang baik walaupun bukan menjadi yang terbaik.

Catatan Seorang Mahasiswi Psikocluk

Berangkat dari keinginan orang tua, akhirnya saya menjadi salah satu mahasiswi fakultas psikologi di UKSW. Sebenarnya keputusan yang saya ambil ini agak sedikit bertentangan dengan hati dan jiwa saya. Saya cenderung menyukai hal-hal yang berhubungan dengan gambar, desain grafis, ketrampilan, kreatifitas, dan juga musik. Tapi apa kata orang tua ketika saya ingin berkuliah di bidang tersebut? Mereka selalu bilang, “Kamu mau jadi apa kalau kuliah di bidang seperti itu? Sekarang cari kerja itu susah dik”.
Oke, saya mengerti. Semua orang tua pasti menginginkan yang terbaik buat anak-anaknya. Saya jadi berpikir, ketika saya punya anak nanti, saya tidak akan membatasi hak mereka untuk memilih apa yang mereka sukai, tekuni, dan kuasai. Saya ingin mereka berkembang menjadi diri mereka sendiri tanpa ada paksaan dan tekanan dari siapapun. Terserah pengen jadi apa, yang penting mereka bisa enjoy dengan dunianya.

Pasca tragedy penolakan proposal yang saya alami bulan Maret lalu, akhirnya saya off tidak mengerjakan proposal skripsi selama 7 bulan. Saya mutung!. Off disini bukan berarti tidak memikirkannya, saya justru tersiksa karena setiap hari ketika mau makan, mandi, tidur, dan melakukan aktifitas lainnya, saya selalu kepikiran terus dengan 7 huruf keramat itu. Saya bingung mau nulis apa lagi untuk proposal saya, ada ketakutan juga apabila proposal saya ditolak lagi. Hal itu membuat saya menjadi mengulur-ulur waktu dalam mengajukan proposal ke biro skripsi. Kayaknya skripsi saya ini sangat menyita waktu dan pikiran saya. Udah ngalah-ngalahin mikirin pacaran aja nih. Untunglah saat ini saya belum punya pacar, kalau udah punya pasti saya bisa semakin GILA.


Sampai sekarangpun saya masih belum bergairah untuk mengerjakan skripsi saya. Saya juga heran dengan diri saya sendiri, ketika berkunjung di perpustakaan saya jarang membaca buku-buku referensi. Yang saya baca malah koran harian, majalah motivasi, majalah desain, dan aneka resep makanan. Mau jadi apa saya ini? Beta seng tahu maleo…

Tapi entah kenapa saya mempunyai keyakinan yang kuat bahwa saya pasti bisa menjalani semua ini dengan baik. Saya sangat yakin dengan hal itu.

Akhir-akhir ini saya gemar sekali membeli buku dan kemudian membacanya. Buku tentang apa saja yang sekiranya mengena di hati. Salah satu buku bacaan yang sedang saya gandrungi saat ini adalah bukunya Raditya Dika. Rencananya sih pengen beli semua buku-bukunya, tapi belum ada duit. Saat ini saya baru bisa membeli 2 bukunya yang berjudul kambing jantan dan marmut merah jambu. Kedengarannya buku ini seperti bacaan yang agak bodoh. Yuph, bener banget, ini memang bacaan bodoh karena di dalamnya ada tertulis bahwa buku itu adalah catatan harian pelajar bodoh. Tapi melalui kebodohan-kebodohan yang penulis tularkan kepada saya, saya justru merasa menjadi lebih “pintar” dari sebelumnya. Banyak pelajaran-pelajaran berharga yang saya dapatkan dari kisah hidup seorang Raditya Dika. Kebetulan karakternya yang bodoh, selengekan, pekok, dan apa adanya itu tidak jauh beda dengan kepribadian saya sehari-hari. (Walaupun dalam pergaulan, saya cenderung pendiam dan pemalu. Tapi sebenarnya saya memiliki karakter yang hampir sama dengan si penulis). Dika adalah pribadi yang hebat karena ia berani menyuarakan isi hatinya bahwa ia tidak suka kuliah di bidang finance (Adelaide, Australia), pilihan orang tuanya. Ia hanya ingin bercerita! So Simple! Bercerita tentang banyak hal yang bisa membuat orang lain tertawa, sejenak melupakan kesibukan serta kesedihan mereka.
Melalui bakat dan hobinya menulis cerita di blog, Dika berhasil membukukan blognya tersebut menjadi sebuah novel yang kemudian difilmkan di layar lebar. Sungguh suatu karya yang luar biasa. Dika bisa membuktikan kepada dunia bahwa ia bisa sukses tanpa harus menjadi seorang ahli finance. Dari kisah hidupnya, saya jadi terinspirasi untuk menjadi seorang ‘Raditya Dika’ tanpa harus merubah kepribadian dan karakter saya yang sebenarnya.

Disini saya juga hanya pengen bercerita, bercerita, dan bercerita.Tidak lebih.
Karena dengan bercerita, saya bisa sedikit lega.

Mari bercerita, bercerita tentang apapun yang ingin kita ceritakan. Mengungkapkan apapun yang ingin kita ungkapkan. Mari suarakan hati kita!

Kamis, 09 September 2010

Gajah Buncit

Raditya Dika bisa populer karena novel ”Kambing Jantan”nya, dan aku harap aku juga bisa ikutan eksis dengan ”Gajah Buncit”nya. Cerita ini mengisahkan tentang kedekatanku dengan adik angkatanku, si brondong yang konon katanya punya perut buncit. Berhubung dia berasal dari daerah yang sudah terkenal akan gajahnya, So aku kasih nama dia si Gajah Buncit. Sebenarnya kita sudah saling mengenal satu sama lain. Apalagi ketika kita tergabung dalam suatu organisasi di Fakultas Psikologi. Dari awal bertemu aku tidak merasakan getaran apa-apa, karena aku berusaha untuk selalu profesional dalam menjalankan tugas. Begitu juga dengan dirinya. May be...

Setelah satu tahun berlalu, tugas sudah selesai dan kami sudah tidak bekerja sama lagi dalam organisasi tersebut. Kami sibuk dengan kegiatan masing-masing. Jarang bertemu dan jarang berkomunikasi.

Hingga suatu hari, aku mendapatkan message dari dirinya lewat facebook. Isinya hanya seputar menanyakan kabar, mengkritik warna background blogku yang katanya warnanya ga kuku’ (dibaca: bikin sakit mata), dan dia sempat juga membahas tentang hobiku yaitu menggambar. Lalu aku balas seperlunya saja.

Ketika aku sedang online di FB, tiba-tiba dia chat aku.

Biasanya dia akan memulai percakapan dengan menyapa : Mbak May...

Dan bla...bla...bla... kita mulai ngobrol ngalor ngidul.

Dan semenjak itulah kita jadi sering sms-an.


Sampai akhirnya, aku mendapatkan message darinya via FB yang berisi ajakan makan malam, bahasa kerennya dinner bareng. Wow, kalau urusan makan mah sepertinya tidak bisa ditolak nih. Hehe, secara aku doyan banget makan. Pantesan aja badanku nggak pernah bisa kurus. Tapi saat itu aku langsung minta ke dia agar acara nge-date nya jangan cuma aku ma dia doang, gile aje. Aku pengen ada pihak ketiga atau keempat yang bisa nemenin kita makan malam. Maksudku biar bisa jadi satpam gitu. Hehe… Akhirnya permintaan itu dikabulkan oleh si Gajah. Dia mengajak 2 temannya, yaitu Gisel dan Indro (nama disamarkan). Untung aja ada mereka berdua, jadi aku bisa lebih relax dan nggak canggung.


Pernah suatu kali aku mendapat sms dari Gajah yang bunyinya bikin bulu kudukku berdiri :


Aq kgn ma km may.. Muach..”


Waduh, ni anak kenapa yah? Lagi kena gangguan ato lagi mabok yah, baru akrab aja udah berani and pede banget nulis kayak gitu.

Belum reda keherananku dengan smsnya si Gajah, tiba-tiba dia telpon. Aku tambah ngeri mau angkat telponnya. Nggak ngebayangin dia mau ngomong gitu secara langsung ma aku. Hahaha. Langsung aja aku tekan tombol untuk menerima telpon dan... kemudian cepat-cepat aku sembunyikan HPku di bawah bantal. Aku geli sendiri mau jawab gimana. Waktu itu gayaku freak banget. Nungging-nungging sambil tutup kuping seolah-olah kayak ada bom yang mau meledak di sebelahku. Aku sempet denger si Gajah mangil-manggil namaku. (Kayak orang lagi koma setengah sadar, manggil-manggil nama kekasihnya) --lebay tingkat tinggi--

Setelah ”rintihan” si Gajah berhenti, aku baru berani membuka bantal. Ternyata eh ternyata si Gajah ngirim sms yang berbunyi :


Tlg angkat, penting bgt”.


Aduh, gimana ya... aku tetep nggak mau angkat telponnya, nggak tahu kenapa. Mungkin karena aku sedang phobia dengan suara gajah ato sejenisnya. Lalu dia kirim sms lagi yang bunyinya :


May tu sms yg da kangen2nya indro yg krim. Maap y”


Owalah, ckckck,,, dasar si Indro! minta dicium tu anak. (milih dicium pake apa, sepatu atau sandal?)


Banyak sekali gombalan dan rayuan yang aku dapatkan dari si Gajah ini. Sampai-sampai isi inbox HPku penuh gara-gara sms si Gajah yang overload itu. Ujung-ujungnya untuk mencari simpati, Gajah selalu titip salam buat Ibuku. Kenapa yah setiap cowo yang lagi deket ma aku kebanyakan suka nitip salam buat Ibuku? (Hmm sebentar, aku jadi curiga nih. Jangan-jangan...Oh, No! Sebenarnya kalian sukanya ma aku atau sama ibu aku sih? Hks.)


Hingga suatu saat, benih-benih cinta itu mulai terasa. Seperti kata pepatah Jawa, ”Witing tresna jalaran saka kulina”. Setiap orang pastinya akan mempunyai cara tersendiri dalam mengungkapkan isi hatinya. Begitu juga denganku. Aku cenderung lebih suka mengungkapkan isi hatiku melalui sebuah gambar, dan akhirnya aku tergerak untuk menggambar seekor gajah dan seekor kebo yang di tengahnya aku bubuhi lope-lope berwarna merah jambu. Dan inilah hasilnya. Taraaa....!!!

(Not bad lah! gambar ini digambar menggunakan paint yang ada di komputerku. Untuk menghasilkan perpaduan warna dan gambar sebagus ini dibutuhkan ketelitian dan keahlian khusus serta bakat menggambar yang ekstra tinggi. Eitz, kalian dilarang protes, gini-gini aku nggambarnya sambil gemeteran tauwww...secara pake mouse gitu lohhhh. Idih, please deh May.. biasa aja kale. Dasar Maya suka Lebay!)

Kenapa yang satunya gambar Kebo? Karena si Gajah suka memanggilku dengan sebutan ”Kebo”. Nama itu tercetus karena aku suka ketiduran kalau lagi smsan ma Gajah. Si Gajah dengan sabar menunggu balesan sms, eh si Kebo malah asik tidur. Tidur adalah salah satu hobiku, jadi wajarlah kalau si Gajah memanggilku dengan sebutan Kebo.

Namun tiba-tiba aku berpikir kembali kalau sepertinya cinta ini adalah cinta terlarang dimana posisiku lebih tua dari si Gajah. Entar kasusnya mirip kayak si Yuni Shara ma Raffi Ahmad deh, tapi bedanya aku bukan tante-tante yang udah menjanda loh.

Aku juga sempat menyampaikan kegundahanku ini kepada si Gajah, tapi dia berpikir bahwa perbedaan umur itu bukanlah penghalang untuk melanjutkan hubungan yang lebih serius. Yang penting kedewasaannya, katanya. Ckckck, ni anak kagak bisa dibilangin rupanya.


Hari demi hari berganti, smsan ma Gajah menjadi semakin intens. Dari bangun tidur, mau mandi, mau makan, ngerjain tugas/pekerjaan, nonton bola (waktu itu lagi heboh2nya Piala Dunia), sampe mau tidur lagi. Huft, tiada hari tanpa smsan ma Gajah. Pengen rasanya nyanyiin lagu buat dia, Mau dibawa kemana hubungan kita...


Tapi lama kelamaan aku kok merasa bersalah ya smsan terus ma si Gajah. Nggak tahu kenapa. Nggak nyaman aja. Hmm, sepertinya aku tahu penyebabnya, kenapa aku selalu dihantui oleh rasa bersalah, nggak enak, dan nggak nyaman. Tak lain dan tak bukan karena aku berpikir bahwa kedekatanku dengan si Gajah ini jangan-jangan hanya sekedar “kesenangan sesaat” yang dibuat olehnya. Sampai-sampai aku sms dia, mengajukan 3 faktor utama yang menyebabkan aku mulai ragu untuk meneruskan hubungan yang nggak jelas ini.


Yang pertama : Aku tidak ingin menimbulkan masalah baru. Sepertinya akan banyak kontroversi ketika Gajah dan Kebo bersatu.

Yang kedua : Aku tidak ingin menyakiti perasaan orang lain. Hmm, pastinya akan ada seseorang atau mungkin beberapa orang yang kecewa ketika hubungan ini berlanjut.

Yang ketiga : AKU TAKUT JATUH CINTA.


Lalu si gajah membalas smsku,


May??? Give me chance to prove you…”

Okelah may, aq bs hargai.. But, aq harap kita bsa brproses dgn apa yg kita jalani.hehe.”


Fiuh, akhirnya aku bisa sedikit bernafas lega. Paling nggak aku bisa bebas dan tidak terbeban lagi. Untunglah si Gajah bisa ngertiin apa yang aku mau.


Mungkin inilah yang dinamakan proses. Proses dimana kita sebagai manusia dewasa diharapkan untuk bisa membedakan antara keinginan sesaat dan kebutuhan.


Catatan terakhir buat Gajahku :

Halo Gajah... ni Kebo.

Btw, senang bisa mengenalmu lebih dalam Jah...

Banyak hal dan inspirasi yang Kebo dapatkan dari seorang eh seekor Gajah sepertimu.

Semoga suatu saat Gajah bisa menemukan pengganti Kebo yang bisa mendampingi Gajah sampe Gajah menjadi fosil nantinya. Pastinya harus dengan sesama Gajah lho. Jangan sama Kebo. Karena ketika Gajah dan Kebo dipersatukan, selain akan menyalahi kodrat, hal itu akan menjadi GAJEBO alias Ga jelas Boo...


Ya udah, Kebo mau ngebo(dibaca: tidur) dulu yah...Gajah jangan lupa mandi.


Salam,

Kebo Endut.


Minggu, 29 Agustus 2010

My Dream's (part 1)

1. Mengharumkan dan menjaga nama baik keluarga besar Soekarno Banter & Prawiro Handoko.
2. Membahagiakan keluarga, terutama Ibu.
3. Menjadi seniman / musisi.
4. Membuat suatu karya seni hasil ide kreatif sendiri.
5. Menjadi guru SLB (Sekolah Luar Biasa), atau jadi guru sekolah minggu.
6. Membuka usaha warung makan.
7. Menjadi penulis buku best seller.
8. Mempunyai suami yang seiman, setia, dan siaga.
9. Menjadi "Supermom" bagi suami dan anak-anakku.
10.Menjadi jalan berkat bagi orang lain yang membutuhkan.

Senin, 26 Juli 2010

Hadiah Terindah

Sebentar lagi usiaku genap 22 tahun. Tepatnya pada tanggal 31 Juli 2010 nanti. Dalam perjalanan hidupku ini, aku mendapatkan banyak pelajaran berharga baik itu suka maupun duka yang nilainya tidak bisa tergantikan oleh apapun. Tapi aku yakin, semua itu terjadi atas kehendakNya agar aku bisa lebih menghargai arti hidup ini.

Tiba-tiba aku bergairah untuk menulis note ini karena aku baru saja mendapatkan “hadiah” dari Tuhan. Benar-benar tamparan yang keras buat aku ketika aku harus mengetahui bahwa tidak semua yang aku harapan bisa menjadi kenyataan. Tamparan ini membuatku tersadar dari keangkuhanku, kesombonganku, kepicikanku, dan keegoisanku selama ini. Memang benar kata orang, kita tidak akan pernah sadar dan tahu sendiri ketika kita belum mengalaminya.

”Mengapa aku baru sadar sekarang? Kenapa nggak dulu-dulu aja?” kalimat inilah yang selalu membuatku merasa malu dengan diriku sendiri.

Dulu aku terlalu yakin dengan segala sesuatu yang ada di dalam diriku ini, tanpa mau membuka mata dan membuka telinga.

Aku terlalu yakin bahwa apa yang aku pikirkan itu benar.

Aku terlalu yakin bahwa apa yang aku katakan itu benar.

Aku terlalu yakin bahwa apa yang aku lakukan itu benar.

Tapi ternyata, semua yang aku pikirkan, katakan, dan lakukan itu tak selamanya benar.

Sampai-sampai nasehat dari ”orang terdekat” sekalipun tidak mempan untuk mengubah sifat batuku ini.
Aku selalu meremehkan dia, menganggap bahwa semua nasehatnya adalah hal yang tidak penting. ”Hanya menggangguku saja.”pikirku.

Hingga akhirnya, aku sadar bahwa hal yang menggangguku itu benar-benar pergi.
Pergi dan takkan kembali.
Aku rindu mendengar nasehat-nasehat yang pernah menggangguku itu.
Aku rindu diganggu.
Aku rindu dengan nasehat-nasehatmu.
Aku rindu kamu...

Sesuatu yang sudah di depan mata, kenapa aku justru mencarinya di seberang lautan?
Sesuatu yang luar biasa, kenapa aku justru mencari yang biasa diluar?
Sesuatu yang sudah dipermudah, kenapa aku justru mencari yang dipersulit?

Aku tidak ingin menjadi filsuf yang selalu berandai-andai, toh kondisinya juga tidak akan kembali seperti semula.
Aku sependapat dengan Indah Pertiwi ketika menyanyikan lagunya yang berjudul Baru Aku Tahu Cinta itu Apa, semua liriknya mewakili isi hatiku saat ini...


Ada saat mengakui
Kesalahan yang ku buat
Ada saat ku mengerti
Setelah ku kehilangan

Senyummu air matamu
Setiamu dulu ku hancurkan

Baru aku tahu sakit itu apa
Setelah kau bukan milikku
Baru aku tahu cinta itu apa
Setelah kau hapus cintaku
Yang dulu dalam hatimu

Kini saat ku belajar
Menghargai yang ku punya



Satu hal yang aku harapkan di hari ulang tahunku nanti adalah bisa benar-benar membuka mata dan membuka telinga.

Terima Kasih Tuhan, dengan adanya tamparan keras ini berarti Tuhan masih sayang ma aku dan masih memberikan kesempatan buat aku untuk tidak melangkah sendiri melainkan selalu mengandalkan Tuhan dalam setiap pikiran, perkataan, dan perbuatanku.




Senin, 10 Mei 2010

Mungkin...aku ngefans Pak Aloy!

Beberapa hari ini aku menyadari bahwa ada yang aneh dalam diriku. Tulisanku makin lama makin jelek. Aku tidak tahu kenapa, mungkin karena aku kepengen nulis cepat, sehingga tulisan yang dihasilkan menjadi jelek dan disingkat-singkat. Berbeda dengan yang dulu, meskipun agak sedikit lamban tapi tulisanku sangatlah rapi. Banyak orang yang mengatakan bahwa tulisanku enak dibaca dan rapi. Kurang lebih satu setengah tahun ini aku menulis dengan cara cepat dan hasilnya juga tidak serapi dulu lagi.
Aku jadi ingat kata Bapak Aloysius Soesilo. Salah satu klien beliau juga mengalami hal yang serupa denganku. Dulu tulisannya rapi sekali, seperti diberi garis bantu karena saking lurusnya. Namun setelah dia mengalami suatu masalah, tulisannya berubah menjadi kacau, naik turun, dan susah dibaca. Barusan aku juga sempat berbincang-bincang dengan temanku yang kebetulan memiliki teman yang juga mempunyai pengalaman seperti itu. Ketika tersandung masalah dan akhir-akhir ini ada gangguan (kebetulan dia mengalami gangguan halusinasi) tulisannya berubah menjadi jelek, padahal dulu tulisannya bagus dan rajin.
Lah, kalau sekarang ini aku punya gangguan apa dong? Aku nggak pengen punya gangguan. Aku tetap ingin menjadi orang normal. Mungkin kesibukanku yang membuatku menjadi seperti ini. Mungkin juga karena aku kurang bisa membagi waktu dan mengkondisikan pikiranku agar tetap positif dan stabil. Terkadang aku juga mengalami kesusahan berbicara, susah untuk merangkai kosakata, dan terkadang apa yang sudah terkonsep di dalam pikiranku tidak sesuai dengan apa yang aku ucapkan.
Aku pengen suatu saat aku bisa menyempatkan diri untuk berdiam diri, merefleksikan diri mengenai kejadian-kejadian apa saja yang pernah aku alami dan mencoba untuk mengendalikan emosiku, membersihkan pikiranku dari segala beban, pikiran negatif, kecemasan, kekhawatiran, ketakutan, dan sebagainya. Aku ingin menenangkan diri, dan mungkin aku harus benar-benar sendiri tanpa ada orang lain yang mengganggu.
Aku juga pengen menyempatkan diri untuk belajar dan membaca buku-buku yang menurutku bisa membantu untuk membuka wawasanku mengenai banyak hal. Namun sepertinya hal itu juga kurang efektif apabila tidak ada seseorang yang bisa aku ajak diskusi dan bertukar pikiran tentang apa yang aku pelajari.
Mungkin hal-hal tersebut di atas yang antara lain telah mempengaruhi perubahanku saat ini.

Jika dicermati lebih lanjut, daritadi aku selalu menggunakan kata ”mungkin” untuk membuat kesimpulan mengenai ceritaku ini. Aku jadi teringat lagi dengan Bapak Aloysius Soesilo, ia merupakan salah satu dosen Psikologi favoritku (ehm, maaf salah ketik...maksudku bukan salah satu dosen Psikologi favoritku, melainkan satu-satunya dosen Psikologi favoritku karena pada dasarnya aku memang menyukai metode dan cara beliau mengajar.)
Bapak itu mengatakan : ”Oh Maya, mengapa hati nuranimu sangat kecil? Mengapa kamu kurang percaya dengan dirimu sendiri?” Aku baru sadar bahwa aku telah mengucapkan kata ”mungkin” yang menegaskan bahwa aku memang kurang percaya diri. Saat itu aku memang merasa ragu dan takut salah ketika diminta untuk menjawab suatu pertanyaan. Untuk tetap berada di zona aman, aku menggunakan kata ”mungkin” di awal jawaban yang aku lontarkan. Sepertinya aku memang harus membuang jauh-jauh kata ”mungkin” itu.

Pak Aloy, begitulah panggilan akrab beliau. Pak Aloy telah mengajarkan banyak hal yang belum kita ketahui dan sadari sebelumnya. Beliau selalu berusaha untuk menyederhanakan sesuatu yang dianggap sulit untuk bisa dimengerti dan dipahami oleh para muridnya. Aku merasa benar-benar duduk di bangku kuliah sejak diampu oleh beliau. Sayangnya beliau hanya mengajar beberapa mata kuliah saja, coba kalau semua mata kuliah diampu oleh Pak Aloy? Wah pasti aku sangat bersemangat sekali dalam menempuh perkuliahan ini. Bapak itu selalu memberikan pencerahan dan motivasi untuk kami semua. Setiap pagi sebelum perkuliahan dimulai, beliau selalu meminta kami untuk membaca 2 kalimat yang tertulis di halaman khusus kami, yang berbunyi :

”Saya mau melakukan hal-hal yang besar, baik, dan benar bagi diri sendiri dan orang lain”


dan

”Saya mempunyai potensi yang lebih besar daripada yang saya ketahui saat ini dan saya mau mengembangkan potensi saya itu secara maksimal”.

Sungguh luar biasa sugesti yang telah beliau berikan kepada kami sebagai anak didiknya. Saking ngefansnya, aku menyempatkan diri untuk melukis wajah beliau di atas kertas putih dengan kemampuanku yang tidak seberapa itu. Aku mulai menggambarnya dengan penuh cinta dan rasa kekaguman yang tiada habisnya. Aku berharap ketika aku lulus nanti, aku bisa memberikan gambar itu kepada beliau sebagai kenang-kenangan dan sekaligus ungkapan bahwa aku adalah salah satu orang dari sekian banyak orang yang telah mengasihinya.



Nb : Tulisan ini tidak bermaksud untuk menyinggung dan menyampingkan kualitas dari dosen-dosen yang lainnya lho. Jadi apabila tulisan saya ini kurang berkenan, mohon dimaafkan.

Minggu, 25 April 2010

Dibuat Bingung oleh Masjid Agung di Temanggung


...Beberapa detik setelah aku masuk toilet, tiba-tiba lampunya mati bahkan seluruh gedung masjid juga ikut mati. namun ketika aku keluar dari sana, lampunya hidup lagi...

Hari itu aku sedang datang bulan. Aku tak bisa menahan lebih lama lagi untuk buang air kecil. Aku sudah berkeliling di sepanjang alun-alun kota Temanggung, namun tak satupun kutemukan kamar kecil. Alternatif terakhir aku mencoba untuk pergi ke masjid. Sebelumnya aku sudah minta ijin terlebih dahulu kepada penjaga masjid disana. Karena sudah menahan agak lama, aku tergesa-gesa mencari kamar kecil dan tak sempat melihat keadaan disana. Sandalku tidak sengaja telah menginjak air genangan yang terdapat di tempat wudhu putri. Kebetulan toiletnya bersebelahan dengan tempat wudhu. Beberapa detik setelah aku masuk toilet, tiba-tiba lampunya mati bahkan seluruh gedung masjid juga ikut mati. Namun ketika aku keluar dari sana, lampunya hidup lagi. Tadinya aku sempat berpikir, hal ini merupakan bagian dari keisengan teman-temanku. Tapi ternyata tidak, mereka tidak melakukannya.

Ternyata aku baru sadar setelah diberi tahu temanku bahwa di dekat toilet yang aku masuki tadi terdapat 2 buah makam.

Aku tidak tahu pasti, apa sebenarnya arti dari mati lampu tadi. Bisa jadi aku yang terlalu lebay dalam menyikapinya.

Selasa, 20 April 2010

Misconception 2

Aku bertemu kamu lagi setelah beberapa bulan tidak bertemu dan hampir tidak ada komunikasi.
Saat itu aku merasa sedikit grogi, mungkin karena sudah lama tidak bertegur sapa denganmu.
Tapi syukurlah, ternyata aku ada temannya. Karena bukan cuma aku yang merasakan demikian.

Aku tidak tahu apakah perasaan itu masih ada buat kamu
Aku sudah mencoba untuk melupakanmu sedikit demi sedikit namun tidak untuk membencimu
Sms apologize-mu sore itu, membuatku merasa perlu untuk memikirkanmu lagi
Tapi untuk apa?
Aku tidak ingin kita saling menyakiti
Yang aku inginkan hanyalah bisa menjadi sahabat terbaikmu

Yah, "sahabat terbaikmu"...
Sahabat yang selalu mengertimu
Sahabat yang selalu menghargaimu
Sahabat yang selalu peduli denganmu, dan
Sahabat yang selalu menjadi pendengar yang baik buat kamu

Kenapa "sahabat"?
karena sahabat akan mengasihi sahabatnya tanpa pamrih, tanpa mengharapkan imbalan apapun.
karena sahabat tidak ada kata PUTUS.
karena sahabat akan tetap abadi walau dimakan waktu.

Semoga dengan "persahabatan" kita ini,(agak berat nulisnya)
kita bisa saling mengerti satu sama lain dan saling memaafkan.

Maukah kamu menjadi SAHABATKU?

Selasa, 13 April 2010

Belajar Romantis

Siang itu, Matamu memancarkan sinar cahaya yang menyejukkan hati
Kemudian terjadi sesuatu di dalam hatiku
Mungkin rasa rindu yang mendalam, yang selama ini aku pendam
Tatapanmu menghipnotisku
Kau bukan hanya sekedar indah, namun aku tak ingin memilikimu
Perhatianmu sudah sangat cukup tuk buatku merasakan indahnya dunia ini.

Jumat, 26 Maret 2010

Ketua KBM Jurnalistik juga MANUSIA…

Sepertinya kapasitas otakku ini perlu ditambah lagi dan sekiranya memory yang tidak penting harus segera aku delete lalu kumasukkan ke dalam recycle bin agar aku dapat menampung lebih banyak lagi informasi-informasi yang berkaitan dengan kewajiban dan tanggung jawabku sebagai mahasiswa Psikologi sekaligus Ketua Kegiatan Bakat Minat Jurnalistik. Jujur, aku kurang suka dengan kata “ketua”, aku lebih suka dengan kata ”koordinator”. Aku cukup terbeban dengan adanya mis-communication yang terjadi diantara kami (bidang 3, departemen infokom & propaganda dengan KBM Jurnalistik). Kurang adanya komunikasi yang baik, ketidakjelasan informasi, dan minimnya pengarahan dalam pembuatan proposal kegiatan dan laporan pertanggung jawaban. Sampai-sampai ada hal utama yang sebenarnya harus aku prioritaskan namun aku justru melupakannya, yaitu kesehatanku sendiri. Kesehatan jiwa dan ragaku...
Aku cukup stres dengan ini semua. Belum juga dengan skripsiku, yang revisiannya sama sekali belum aku sentuh. Kapan kelarnya coba?

To : Anak-anakku, anggota KBM Jurnalistik tercinta...
Aku harap dalam keanggotaan ini kita tidak memandang jabatan, usia, maupun jenis kelamin. Di sini kita sama-sama bekerja untuk mewujudkan target kegiatan kita agar dapat terlaksana dengan baik. Aku ingin kita mengerjakannya bersama-sama dan saling membantu satu sama lain.
Perlu teman-teman ketahui bahwa di sini kita sama-sama belajar, sama-sama dari enol. Jadi tidak ada batasan dan alasan bahwa kamu tidak bisa melakukannya. Dulu akupun juga begitu. Sama seperti apa yang kalian rasakan, seperti meraba-raba di dalam kegelapan. Namun aku berusaha untuk mencari terang itu, guna menerangiku dalam setiap langkahku agar aku tidak salah arah. Terkadang aku merasa bagaikan seorang guru Matematika yang dimintai tolong untuk mengajarkan mata pelajaran Sejarah. Apakah ini tepat? Apakah ini sesuai dengan kompetensi? TIDAK JAWABKU.
Begitu juga dengan apa yang sedang aku alami sekarang ini...
Aku diminta untuk mengerjakan sesuatu yang sebenarnya aku sendiri juga belum begitu tahu tentang hal itu. Kesalahanku adalah tidak berpikir panjang dalam mengambil keputusan. Kenapa (dulu) aku langsung meng-iya-kannya? Hal yang menjadi pertimbangan mereka memilihku adalah karena aku pernah menjadi anggota Departemen infokom & propaganda, bidang eksternal-internal yang salah satu tugasnya adalah mengurus mading dan menyusun buletin psikologi. Cuma karena itu, tidak lebih.
Aku menerima tawaran ini bukan karena jabatan, melainkan karena kesempatan. Kesempatan dimana aku bisa terus belajar, belajar, dan belajar. Disini aku diberi tantangan untuk bisa melakukan hal yang ”lebih”, hal yang berada diluar kemampuanku. Namun aku berpikir bahwa disitulah aku dapat belajar banyak tentang tulis menulis, cara menulis yang baik dan benar, belajar untuk mengkoordinir suatu kegiatan, dan belajar bekerja sama dengan orang lain yang memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Oiya, ada satu hal lagi, yaitu melatih KESABARAN. Hehehe. (karena disini banyak tercurah keringat dan air mata)

Ternyata kenyataan berkata lain, pekerjaan dan tanggung jawabku ini tidak se-simple yang aku bayangkan. Untuk mengimbangi hal ini aku berusaha mencari tahu informasi sebanyak-banyaknya tentang Jurnalistik, sharing kepada teman-teman yang lebih berkompeten dalam hal ini, bertukar pikiran dan pendapat, search di internet, baca buku-buku jurnalistik, dan mencoba mengilhami tulisan anak-anak Jurnalistik yang berasal dari situs dan majalah Scientiarum, wacana kritis-prisipil mahasiswa UKSW.

Aku ingin ketika aku membagikan ilmuku kepada teman-teman, semua itu benar-benar aku curahkan dari lubuk hatiku yang paling dalam. Aku ingin memberikan semuanya itu tanpa tersisa.
Ingatlah bahwa kita semua adalah saudara. Kita adalah keluarga kecil KBM Jurnalistik. Aku bangga punya saudara seperti kalian semua, kalian itu cerdas, kritis, kreatif, dan humoris.
Terima kasih karena teman-teman selalu membantuku mencari tahu informasi-informasi yang aku butuhkan, ide-ide cemerlang untuk kemajuan KBM Jurnalistik, saran dan kritik yang membangun, dan kerelaan kalian dalam meluangkan waktu, pikiran, serta materi. Thank's about all...Tapi ingat, perjuangan kita belum berakhir sampai disini.

“ Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia”.
(1 Korintus 15 : 58)

Selasa, 23 Maret 2010

normal atau abnormal?

Disaat banyak orang sedang meributkan tentang kisah cinta mereka, aku justru males banget ngomongin soal cinta.

Disaat banyak orang senang mendapatkan sms-sms bertubi-tubi dari seseorang, kadang aku justru merasa terganggu.

Disaat banyak orang menyetel nada dering hp nya dengan berbagai lagu, aku justru men-silent nya lalu menggantinya cukup dengan getaran saja.

Disaat banyak orang bahagia sekali menerima sms dari pacarnya yang berbunyi : lagi apa yank?, jangan lupa makan yah..., aku sayang kamu, dan lain sebagainya, di saat yang sama aku malah bosan mendapat sms seperti itu. Monoton banget. Selagi aku masih hidup, pastinya aku juga nggak bakalan lupa dengan aktivitas yang namanya MAKAN.

Disaat banyak orang sedih dan menangis ketika putus dengan pacarnya, aku malah justru senang dan bahagia karena bisa terbebas dari makhluk yang berjenis kelamin laki-laki itu. Merasa bebas dan tidak ada kekangan sama sekali, nggak boleh inilah,,,nggak boleh itulah,,,huff capek deh.

Mungkin tanpa aku sadari aku sedang menggunakan strategi defence mechanism untuk mengatasi masalahku ini...
Menurut teori Freud, mekanisme pertahanan diri (defence mechanism)digunakan untuk menunjukkan proses tak sadar yang melindungi si individu dari kecemasan melalui pemutarbalikan kenyataan. Pada dasarnya strategi-strategi ini tidak mengubah kondisi objektif bahaya dan hanya mengubah cara individu mempersepsi atau memikirkan masalah itu. Jadi, mekanisme pertahanan diri melibatkan unsur penipuan diri.

Hmm, bisa jadi aku sedang menipu diriku sendiri.

Sabtu, 20 Maret 2010

Senangnya Mendapat Keluarga Baru

♫ ♪ ... ♪ ♫ ... ♫ ♫ ... ♪ ♪
Remang-remang aku mendengar alunan lagu. Semakin lama semakin jelas terdengar di telingaku. Kemudian aku meraba-raba tempat tidur untuk mencari tahu sumber suara itu. Ternyata bunyi itu berasal dari alarm HPku, jam menunjukkan pukul 5 pagi. Aku tersadar bahwa hari itu adalah hari pertamaku menjadi observer di SD Sidorejo Lor 5 Salatiga. Ibu Anti, salah satu dosen psikologi, meminta aku dan teman-teman untuk menjadi observer disana.

Aku bergegas mandi dan mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan. Kemudian aku mendandani diri layaknya ibu guru muda, penampilanku kali ini tidak seperti biasanya. Aku harus tampil rapi, dengan memakai rok span, kemeja, sepatu dan rambutku aku cepol agar tidak mengganggu jalannya observasi. Hari itu aku memakai rok biru tua dan kemeja kotak-kotak berwarna biru putih. Dosenku bilang, aku mirip kayak anak SMP. Karena tidak terbiasa memakai rok, aku sempat merasa tidak nyaman. Untuk jalan saja rasanya ribet, sampai-sampai resletingnya bergeser ke samping. Tapi tak apalah, namanya juga belajar pakai rok lagi setelah sekian lama tidak memakai rok.

Tibalah saatnya aku menginjakkan kakiku di SD Sidorejo Lor 5, tempat dimana aku harus mengobservasi subjek. Aku bersama dosen dan temanku berjalan menuju ke ruang kelas 3. Lalu aku bertemu dan berkenalan dengan guru kelasnya, beliau bernama ibu Wardati. Aku melemparkan senyum kearahnya, dan ternyata kedatangan kami disambut dengan baik oleh ibu Wardati. Aku melihat suasana di kelas itu tidak begitu ramai. Mungkin karena kedatangan kami, anak-anak menjadi sedikit menjaga image mereka. Ibu Wardati kemudian mencarikan tempat duduk untukku dan temanku yang kebetulan juga mendapatkan tugas menjadi observer disana. Temanku ini bernama kak Herlina. Setelah mendapatkan tempat duduk, aku mulai membuka map merah yang aku bawa dan memulai tugasku sebagai seorang observer. Sebelumnya aku sudah diberitahu oleh dosenku terlebih dahulu mengenai “sasaran” observasi kami. Anak itu berinisial HDS. Dia seorang anak laki-laki berbadan gendut, kulit sawo matang, rambutnya tebal, matanya bulat ( ya iyalah, masa’ matanya kotak. hehe…) dan yang bikin aku tertarik adalah gigi kelincinya yang lucu. Disana aku juga berkenalan dengan anak-anak yang lainnya. Mereka semua memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri. Inilah profil-profil mereka :

ELA
Menurutku dia gadis cilik yang cantik dan lucu. Bocah berkulit putih ini sukanya guyon
sendiri dengan teman sebangkunya sehingga terkadang pekerjaannya agak sedikit
tertinggal dibandingkan teman-teman yang lainnya. Dia sering membawa tupperware
warna ungu yang berisi bekal makanan, lengkap dengan alat makan dan tasnya.

KEVIN
Seorang bocah cilik yang ceriwis, berambut keriting dan berkulit coklat. Setiap mengerjakan tugas, tangannya tidak bisa diam. Ia selalu menabuh meja menggunakan bolpoint sambil menyanyikan beberapa lagu band terkenal yang sering muncul di TV. Suatu saat aku dekati dia, kemudian aku tegur supaya jangan berisik. Dengan polosnya Kevin menjawab : ”Bu, aku tuh pengen jadi anak band terkenal!” Okelah kalo begitu…

ILHAM
Sepertinya banyak anak perempuan dikelas itu yang simpatik dengannya. Selain pintar, Ilham juga mudah bergaul. Ia selalu membuat suasana menjadi gembira. Disaat Ilham berulang tahun, anak-anak meminta tolong kepadaku untuk membuatkan kartu ucapan ulang tahun. Hampir setiap kali ketika Ilham mencocokan pekerjaannya dan ternyata jawabannya benar, Ilham selalu mengucapkan kata-kata : ”betul…betul…betul!” versi Ipin Upin.

DEVI
Seorang anak perempuan berambut keriting berwarna kemerahan. Dia termasuk anak yang pendiam. Hampir setiap istirahat, ia selalu membawakan permen untukku. Thank’s ya…

NANDA
Ia seorang gadis cilik yang lincah, berwajah manis, berambut panjang, dan cerewet. Ia selalu memakai asesoris bernuansa pink. Dari tasnya, tempat pensil, bando, jepit, dan lainnya hampir semua berwarna pink.

LINA
Seorang anak perempuan yang bisa dibilang suka dandan. Anting-antingnya itu loh, gede banget. Ia senang memadukan warna seragamnya dengan bando yang dipakainya. Disaat seragamnya biru, bandonya pasti biru. Ketika seragamnya pink, bandonya juga pink. Begitu juga disaat memakai seragam pramuka, bandonya pasti coklat. Sepertinya Lina ingin mengenal dan lebih dekat dengan para observer, sehingga ia meminta no. HP kami masing-masing. Hampir setiap pulang sekolah, Lina pasti sms aku. Ketika aku tidak bertugas di SD, Lina pasti sms : ”Bu, tadi ko nggak datang? Besok datang yah!”
Hingga suatu saat aku pernah tampil beda. Rambutku yang biasanya dicepol, hari itu cuma aku kuncir aja. Jadi rambutku terlihat panjang. Kemudian sorenya Lina sms aku : ”Bu, besok dikucir lagi ya rambutnya, cantik kok!” wuah segitunya... oke deh makasih ya buat saran dan pujiannya.

TIO
Seorang anak laki-laki berbadan kecil, berkulit coklat. Aku senang melihat senyumannya, dia itu imut banget. Tio merupakan siswa baru di kelas itu yang berasal dari sebuah panti asuhan. Tak heran jika dia sering digodain dan diejek temannya. Hingga suatu saat terjadilah sebuah pertengkaran hebat antara Tio dengan temannya. (sebenarnya sih bukan pertengkaran hebat, cuma penulisnya aja yang lebay! ;p) makhlumlah masih anak-anak. Kemudian ada beberapa anak mendatangi aku sambil berkata :”Bu, Tio nangis Bu...Tio gelut (dibaca : bertengkar) sama temennya. Ayo Bu, atasi Bu!”
Aku geli ketika mendengar kata-kata :”Ayo Bu, atasi Bu!” aku jadi merasa seperti kepala suku yang harus menolong anak buahnya ketika mereka bertengkar. Kadang aku juga tidak enak dengan warga sekolah lainnya karena aku tidak mempunyai hak sepenuhnya atas murid-murid disitu. Dengan segala keberanian yang ada, berlandaskan ilmu Agama dan PPkn-ku yang nggak seberapa itu aku mencoba melerai dan menasehati mereka satu per satu. Disitu terjadi pro dan kontra dari kedua belah pihak. Akhirnya masalah itu bisa teratasi, dan mereka bisa baikan lagi.

RHEHAN
Teman-temannya sudah memberikan julukan buat Rhehan yaitu precil yang artinya kecil. Memang, kalau dilihat dari postur tubuhnya Rhehan termasuk anak yang mini. Dia juga sedikit nakal, aku sering menegurnya agar bisa diam dan duduk dengan tenang.

ALFIAN
Nah kalau yang ini nih bisa dibilang premannya kelas 3. sebenernya dia cakep, tapi nakalnya itu loh nggak ketulungan. Bu Wardati pernah berkata kalau lirikan Alfian itu seperti lirikannya anak nakal, kesannya kayak menantang gitu.

RIAN
Dia termasuk anak laki-laki yang postur tubuhnya paling tinggi sendiri. Secara, dia pernah tinggal kelas. Kalau tidak salah, sekarang dia sudah berumur 12 tahun sedangkan teman-temannya kurang lebih masih berumur 9 tahun. Dia anak yang bandel, nakal, dan jahil. Aku pernah menjadi sasaran kejahilannya. Suatu hari disaat aku sedang memeriksa pekerjaan anak-anak, tiba-tiba aku hampir terjatuh ketika berjalan melewati tempat duduknya. Rian tertawa ngakak, ternyata ia mencoba menjegal aku dengan kakinya yang panjang itu. Untung aja aku nggak terjatuh, mau ditaruh dimana mukaku? Aku sedikit geram dan mencoba untuk mengontrol emosiku. Aku tidak bisa tinggal diam, aku ingin memberikan sedikit pelajaran buat dia. Lalu aku sengaja melewati tempat duduknya lagi untuk membalaskan dendamku. (tidak untuk ditiru). Ketika aku melangkah mendekati tempat duduknya, aku mengambil ancang-ancang sekuat tenaga untuk mengayunkan kaki dan... Auuuuwwww!!! Terdengar jeritan Rian yang sedang kesakitan. Aku hanya menoleh ke belakang sambil memberikan senyum kemenangan. ^_^

AYA
Seorang gadis kecil yang benar-benar kecil dan centil. Ia suka sekali jalan-jalan ketika guru sedang menerangkan pelajaran. Karena tidak bisa duduk dengan tenang, Ibu guru pernah menyita tempat duduknya sehingga dengan terpaksa Aya harus mengikuti pelajaran dengan cara tetap berdiri di tempat tanpa beralaskan kursi.

ALDO
Anak laki-laki berkulit hitam dan berambut keriting ini senang sekali becanda dengan teman-temannya. Suatu hari Aldo memakai kaos dalam terbalik. Lalu aku dekati dia, dan aku tegur : "Aldo, kok kaos dalammu terbalik sih? Sana, dibenerin dulu di kamar mandi". Lalu Aldo pun menjawab :"Iya Bu, sekarang aku mau ke kamar mandi dulu. soalnya kata orang kalau kaos dalamnya kebalik, kan sama aja doain orang tua cepet mati kan Bu?" Kemudian aku mengrenyitkan dahi sambil berpikir, anak ini dapet teori itu darimana yah? Ah, sudahlah...

HDS (nama disamarkan)
Anak ini adalah tokoh utama, karena mau nggak mau aku harus melihat dan mencatat segala aktivitas yang dilakukannya. Secara, dia merupakan subyek observasi kami. Sebenarnya dia pintar, tapi kurang bisa memperhatikan dan tidak fokus pada satu hal tertentu. Hal ini menyebabkan nilai-nilainya kurang memuaskan. Ia tipe anak yang mudah terpengaruh dan terpancing emosinya ketika teman-temannya mulai mengganggunya. Ia selalu marah ketika dipanggil dengan sebutan "gemblong" (dibaca: gendut) oleh teman-temannya. Suatu saat aku pernah menegurnya karena dia tidak bisa duduk dengan semestinya, "Dimana tempat dudukmu? ayo duduk yang bener!". "Ya Bu!" sahutnya meyakinkanku. Aku masih ragu, lalu aku bertanya lagi, "Bener nggak bohong? kalau kamu bohong hukumannya apa?" Lalu dia menjawab dengan semangat, "Push up 100 kali Bu!".

Yah, beginilah sedikit kisah tentang kepolosan, keluguan, dan kelucuan yang aku tangkap dari mereka. Terkadang aku sering naik pitam ketika mereka nakal dan sulit diatur. Namun sering kali aku juga merasa kangen ketika tidak bertemu dengan mereka lagi. Apalagi ketika mengingat disaat mereka baris-berbaris sebelum masuk kelas, satu per satu pasti selalu menjabat dan mencium tanganku secara bergantian. Mereka tampak menyayangi dan menghargaiku meskipun aku bukan guru mereka. Ada juga salah satu murid dari kelas itu (seorang anak perempuan) yang tiba-tiba saja memeluk aku sambil berkata : "Bu Maya...!". ya ampun, aku jadi terharu mendengar dirinya menyebut namaku dengan penuh manja dan antusias. (Kalau ini mah, aku nya yang kegeeran.hehe)

Sejak saat itu aku merasa mendapatkan keluarga baru di SD Sidorejo Lor 5 Salatiga, yang sebelumnya aku belum mengenal mereka sama sekali. Tak terkecuali ibu Wardati. Ibu yang sudah meniti karirnya sejak tahun 1983 sebagai pahlawan tanpa tanda jasa itu juga memberikan inspirasi buatku agar tetap sabar dalam menghadapi segala sesuatu dan tetap disiplin dalam belajar. Aku berbincang-bincang dengan ibu Wardati menggunakan bahasa jawa krama inggil. Sepertinya beliau nyaman dengan bahasa itu. Ibu Wardati sempat juga menceritakan anaknya yang ternyata sedang mengambil kuliah di Universitas Kristen Satya Wacana, jurusan Fisikom angkatan 2006.

By the way, sekarang tugasku menjadi seorang observer telah selesai, namun kenangan dan cintaku kepada mereka masih tetap ada dan tak pernah usai.


(Diperankan oleh model...karena foto-foto aslinya masih tersimpan di HP teman. Jadi harap maklum. ^_*)

Ingin hidup 1000 tahun lagi

Jika Sang pencipta menghendaki, aku ingin hidup 1000 tahun lagi. Aku sangat bersyukur sekali apabila Dia memberikan umur panjang dan kesehatan yang cukup untukku. Bukan untuk suatu keegoisan diri, namun untuk memperbaiki diri. Kenapa baru sekarang aku menyadarinya? Aku sadar, ternyata masih banyak hal-hal penting yang belum aku selesaikan di dunia ini. Selama ini aku belum berbuat apa-apa. Aku hanya "diam" dan mengikuti arus saja tanpa berpikir. Aku belum membuat sesuatu yang "besar" di dalam hidupku. Aku tidak ingin ibuku sia-sia mengandungku selama 9 bulan dan melahirkanku dengan susah payah, sampai mempertaruhkan nyawanya hanya untuk seorang bayi kecil yang mengalami kalung usus ini.

Bapakku pernah berkata : "Wong urip kuwi angel, kanca-kancamu kuwi sakjane sainganmu dewe. Dadi kowe kudu sregep sinau, ojo ubyang-ubyung wae". Sampai sekarang kata-kata itu masih terngiang di kepalaku. Bener juga ya kata bapak, kadang aku sering terlena dengan hal-hal yang lebih menarik daripada setumpuk buku pelajaran. Kadang aku juga tidak pernah mau memikirkan untuk masa depan. Oh, tuhan... ampunilah anakMu ini. Semoga kali ini aku belum terlambat.

Jumat, 19 Februari 2010

tebak nasib

Suatu hari hiduplah seorang makhluk, lebih tepatnya seorang laki-laki yang dari kecil memang sudah haus kasih sayang. Laki-laki itu tumbuh menjadi seorang pemuda yang pandai melucu(tapi garing), banyak tingkah, dan banyak omong. Bisa dibilang NATO, No Action Talk Only! meskipun umurnya sudah berkepala dua namun pemikirannya masih seperti anak kecil. Ia tersesat di kehidupan yang biasa hidup enak, suka malas-malasan dan tidak memikirkan masa depan. Dia selalu ingin mendapatkan kebahagiaan secara instant. Tidak suka diajak hidup susah, dan memang tidak mau susah.

Setiap hari kerjaannya hanya baca komik, sms-an ma pacar+mantan pacar+gebetan (semua dapet jatah lho. gile bener...), ke warnet_ download-download nggak jelas, ngecengin cewek-cewek, wisata kuliner, tidur, bolos kuliah, menolong teman (dibaca : menolong teman cewek yang kebetulan tidak bawa motor, dengan cara mengantarkannya pulang, menolong teman cewek yang butuh teman makan bareng, menolong teman cewek yang sedang kesepian). Kapan ya belajarnya?

Apa jadinya pemuda ini 10 tahun mendatang?
tunggu episode berikutnya... (10 tahun lagi)^_^

Sabtu, 23 Januari 2010

Hujan, Kau membuatku kembali mengingatnya

Ketika itu hujan rintik-rintik. Hawa dingin terasa sejuk dan segar, suasana ini membuatku serasa kembali ke masa-masa terindah yang dulu pernah aku alami bersama seseorang. Dia adalah seseorang yang pernah mengisi hari-hariku dengan penuh warna, walaupun hanya bertahan 8 bulan saja. Namun aku tidak menyesal telah mengenalnya. Karena dia adalah cinta pertamaku, sejak saat itu aku baru mengenal apa itu cinta dan kasih sayang.

Aku kembali membuka diaryku yang telah usang, yang sudah bertahun-tahun tergeletak di almariku. Diary itu menceritakan tentang isi hatiku ketika bersamanya. Sesekali aku tersenyum, melihat dan membaca beberapa kalimat yang aku tulis disitu. Di bagian depan sampul diary, terdapat sebuah stiker yang bentuknya diukir sesuai dengan nama kami berdua. Di bagian tengah, terdapat sebuah surat yang dulu pernah ia berikan kepadaku, berupa selembar kertas loose lif berwarna biru bergambar mickey mouse. Kemudian di bagian belakang diary, aku menyimpan beberapa kartu ucapan darinya. Seperti ucapan valentine, ultah, natal, dan tahun baru. Disamping itu, aku juga masih menyimpan bunga mawar kering yang pernah ia berikan 7 tahun yang lalu. Tak lupa, aku juga menyisipkan foto-foto miliknya.

Hari Jumat, tanggal 31 Januari 2003 tepat jam 2 siang kami resmi jadian. (aku inget banget, dulu kita duduk berdua di teras rumahku. Kamu pake baju merah gambar spiderman, kalo aku pake baju pink yang ada topinya di belakang. hehe...)Hari itu aku merasa senang sekali. Berhubung umurku terpaut 2 tahun lebih muda darinya, maka aku cenderung bersikap manja, kayak anak kecil, overprotected, suka melarang ini itu, curigaan dan cemburuan banget. Mungkin itu semua cukup mengganggu aktivitasnya sehari-hari. (Maaf ya, dulu aku memang seperti anak kecil banget yang tidak pernah mengerti apa yang kamu inginkan. Tapi seperti inilah aku, yang mencoba ingin mencintaimu sepenuh hati tapi belum tahu cara yang tepat untuk mengungkapkan bahwa aku benar-benar sayang kamu)

Nah, berhubung sekarang aku udah tumbuh menjadi seorang gadis yang dewasa, aku baru berani mengungkapkan semua ini disini. Tapi jangan salah paham dulu, sekarang perasaan itu sudah tidak ada lagi dan aku hanya menganggapmu sebagai teman dan hanya teman. Terima Kasih, karena kau pernah menjadi bagian termanis dalam hidupku.